Mukomuko (ANTARA News) - Pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, menyatakan pasokan ikan dari nelayan ke pedagang di pasar tradisional berkurang akibat cuaca buruk yang melanda perairan laut di daerah itu.
"Nelayan di daerah ini sejak tiga hari ini tidak mendapatkan ikan akibat cuaca buruk yang melanda perairan laut di daerah ini," kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mukomuko, Rahmad Hidayat, di Mukomuko, Senin.
Ia mengatakan hal itu menyusul sedikitnya pasokan ikan laut yang berasal pada saat hari pasar di sejumlah pasar tradisional di daerah itu.
Dalam tiga terakhir ini, katanya, hampir mayoritas nelayan tradisional di wilayah Pantai Indah Mukomuko, Kecamatan Koto Mukomuko hingga Kecamatan Ipuh tidak mendapatkan ikan.
"Ikan yang mau dijual ke pasar itu yang tidak ada saat sekarang ini," ujarnya.
Menurutnya, salah satu penyebabnya diduga karena pengaruh gelombang tinggi yang melanda perairan laut di daerah itu. Ditambah lagi kondisi air laut jernih sehingga ikan kehilangan sumber makanan.
Ia menjelaskan, karena saat air laut jernih planton yang menjadi sumber makanan ikan tidak ada. Kondisi ini akan berlangsung sampai terjadi perubahan cuaca.
Dalam situasi tersebut, katanya, nelayan setempat melaut tidak mendapatkan hasil sama sekali. Situasi tersebut berbeda dengan sebelumnya nelayan rata-rata masih dapat Rp50.000 per hari.
"Walaupun pada hari biasa kadang-kadang biaya operasional untuk membeli bahan bakar minyak melaut lebih besar dari pendapatan nelayan," ujarnya.
Meskipun demikian, menurutnya, nelayan setempat masih mendapatkan ikan untuk dijual kepada masyarakat. Kalau sekarang ini tidak dapat ikan untuk dijual kepada masyarakat setempat.
Ia mengatakan, dalam kondisi sekarang tidak ada yang bisa dilakukan oleh instansi itu selain mendorong nelayan untuk melakukan beragam usaha untuk menghidupi keluarganya.
Karena, ia menilai, pekerjaan ini tidak pasti. Nelayan tersebut menangkap ikan liar sehingga tidak bisa ditargetkan jumlah ikan yang akan didapat. Berbeda dengan melakukan budidaya ikan yang sudah dapat dihitung modal dan keuntungannya.
Menurutnya, salah satu bukti pekerjaan ini tidak pasti dari kehidupan nelayan yang banyak tergolong ekonomi miskin.
Pewarta: Ferri Arianto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017