Saya beranggapan bahwa kekuatan dan keunggulan seseorang ketika ia mampu bersikap seimbang
London (ANTARA News) - Claudio Ranieri masih saja percaya diri dengan mengatakan ia sosok yang tepat memimpin Leicester di tengah badai yang berkecamuk di klub asuhannya itu.

Ranieri seakan menggenapi ujaran peribahasa yang menyebutkan sudah terantuk baru melangkah. Leicester yang meraih gelar sebagai juara Liga Inggris musim kompetisi 2015/16, justru kini terancam terdegradasi setelah menelan kekalahan 0-2 dari Swansea dalam pertandingan pada Minggu (12/2).

Peribahasa itu menyiratkan makna bahwa kalau sudah menemui kesukaran atau sudah menderita kesusahan, karena pekerjaan, maka seseorang baru tergugah atau diingatkan. Hanya saja reaksi itu sudah terlambat.

Gawang Leicerter kebobolan dua gol yang dicetak oleh pemain Swansea, Alfie Mawson dan Martin Olsson, sebagaimana dikutip dari laman sporting life. Dua gol itu tentunya membuka asa bagi Swansea agar lolos dari ancaman degradasi.

"Ya, saya beranggapan bahwa sayalah orang yang tepat mengemban tugas itu (sebagai pelatih)," kata Ranieri yang kini telah berusia 65 tahun.

Pelatih berpaspor Italia itu juga menyatakan, "Saya senantiasa mawas diri, dan saya senantiasa mengatakan, ayo, kita dapat melakukan banyak hal gemilang."

"Saya beranggapan bahwa kekuatan dan keunggulan seseorang ketika ia mampu bersikap seimbang. Tidak ketika ia sedang menang, tetapi ketika ia sedang dirundung kekalahan."

"Anda ingat akan apa yang telah kami capai di musim lalu. Anda perlu seimbang dalam menyikapi segala hal manakala menghadapi kekalahan dan kemenangan," kata Ranieri.

"Saya tidak beranggapan bahwa para pemain kehilangan semangat dan kehilangan kepercayaan diri. Saya mendengar apa yang mereka katakan. Mereka bertekad bangkit dan mengukir prestasi gemilang," katanya.

"Terpenting bahwa kami percaya diri, dan menemukan solusi," kata Ranieri pula.

Pewarta: A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017