Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Duta Unicef, Sarah Jones, mendadak muncul di Nusa Dua, Bali, Rabu, memanfaatkan acara Inter-Parliamentary Union (IPU) untuk melakukan kampanye perang melawan kekerasan terhadap anak. Aktris Holywood sekaligus penyair dan dramawati itu, tampil bersama Senator dari Chile, Juan pablo Letelier dan Dr Cindy Kiro, di Auditorium Bali International Convention Centre (BICC), di samping Press Room Sidang ke-116 Inter-Parliamentary Union (IPU, Uni Parlemen Sedunia), Nusa Dua, Bali. Di hari ke-4 penyelenggaraan sidang parlemen sedunia itu, Sarah Jones dkk mengekspos peluncuran buku berjudul 'Eliminating Violence Againts Children', yang diterbitkan bersama Unicef dan IPU. Kendati tak banyak yang dia utarakan, kehadiran Sarah Jones telah mengubah suasana pertemuan lebih 1.300 politikus berbagai aliran ideologi dari 126 parlemen sedunia itu menjadi lebih sejuk. Presiden IPU, Pier-Ferdinando Casini, menyatakan organisasi yang dipimpinnya telah bersepakat dengan Unicef untuk melakukan berbagai upaya menghentikan kekerasan terhadap anak di setiap negara. "Kekerasan (terhadap anak) menyebabkan kemiskinan, buta huruf dan kematian dini. Maraknya kekerasan dalam masyarakat merampas potensi pembangunan masyarakat itu dan menghambat kemajuan dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan milenium (MDGs)," ungkapnya. Untuk membantu anggota parlemen di setiap negara menangani masalah kekerasan dan perdagangan anak, maka Unicef dan IPU meluncurkan buku panduan yang dirancang khusus bagi para legislator tersebut. "Dengan buku panduan ini, kami berharap DPR di setiap negara memiliki beberapa bekal peralatan yang mereka perlukan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak," tambah Ferdinando Casini. Berdasarkan kajian Unicef mengenai kekerasan terhadap anak yang baru-baru ini diluncurkan Sekretariat Jenderal PBB, tindakan itu telah terjadi di mana-mana, tetapi kurang mendapat pengakuan, padahal berdampak sangat merusak. Luka fisik, emosional dan psikologis yang ditimbulkan akibat tindak kekerasan dapat berakibat sangat buruk bagi perkembangan, kesehatan dan kemampuan untuk belajar seorang anak. "Cara terbaik untuk menangani kekerasan terhadap anak adalah dengan menghentikannya sebelum hal itu terjadi," kata Wakil Direktur Eksekutif Unicef, Toshi Niwa. Untuk itu, lanjutnya, diperlukan tindak lanjut melalui strategi nasional yang terkoordinasi. "Demi mencegah dan menanggapi kekerasan terhadap anak, pemerintah dan DPR masing-masing negara harus menciptakan lingkungan yang aman yang memungkinkan anak hidup tanpa ancapan penganiayaan dan eksploitasi," ujar Toshi Niwa lagi. Kemitraan global Sementara itu, dalam acara pemahasan kekerasan terhadap anak atau Panel On Violence Against Children: Making School Safe for Children, pada hari ke-4 Sidang ke-116 Inter-Parliamentary Union (IPU itu, para pengamat dari Indonesia mendesak kemitraan global guna memerangi kekerasan serta perdagangan terhadap anak. "Pengorganisasian sindikat perdagangan anak internasional semakin rapi dan menembus batas-batas antar negara, sehingga butuh kemitraan global untuk menghambat laju gerakannya, disertai tindakan keras nyata seberat-beratnya guna membuat efek jera bagi para pelaku," kata Hulfa, dari International Relations for Indonesian Youth Institute (Irinyi), salah satu tim pengamat Indonesia, dan Ny Eka Komariyah (Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Kalimantan Selatan). (*)

Copyright © ANTARA 2007