Abidjan (ANTARA News) - Aparat Pantai Gading menangkap enam jurnalis, termasuk tiga pemilik media, karena "menyebarkan informasi palsu" mengenai pembangkangan pasukan keamanan menurut surat kabar mereka dan kejaksaan.
Penangkapan terjadi setelah pasukan elite menjadi pasukan terbaru yang menggelar aksi protes soal gaji dalam beberapa pekan terakhir di negara Afrika Barat tersebut, dan melepaskan tembakan ke udara di Kota Adiake.
"Terkait aksi yang dilakukan militer baru-baru ini... kami meyakini bahwa organisasi media tertentu menyebarkan informasi palsu untuk mendorong tentara memberontak," kata pernyataan kejaksaan yang disiarkan di televisi nasional pada Minggu (12/2).
Editor dan pemilik harian independen L’Inter dan SoirInfo ditangkap dan ditahan di sebuah kamp polisi di ibu kota Abidjan bersama dengan editor dan pemilik surat kabar oposisi Le Temps dan Notre Voie.
Para wartawan akan diinterogasi untuk "mencari tahu siapa yang bertanggung jawab" atas dugaan penyebaran informasi palsu itu, kata jaksa.
Mereka ditangkap karena dicurigai melanggar hukum yang melarang penghasutan pemberontakan di kalangan militer, menyerang otoritas negara dan menyebarkan informasi palsu yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara, imbuh pernyataan tersebut.
Pasukan elite memberontak di Adiake, sekitar 90 kilometer dari Abidjan, mulai dari Selasa hingga Kamis, tapi kemudian "meminta maaf kepada pihak berwenang" menurut pejabat tinggi militer.
Pasukan elite melakukan pemberontakan di Adiake, sekitar 90 kilometer dari Abidjan, antara Selasa dan kamis, namun kemudian "meminta maaf kepada otoritas" menurut sumber militer.
Militer pertama melancarkan pembangkangan terkait gaji pada 5 Januari.
Protes itu mereda ketika pemerintah mencapai kesepakatan dengan 8.500 pembangkang, setuju memberi mereka masing-masing 12 juta franc CFA atau sekitar 19.000 dolar AS menurut warta kantor berita AFP.
Namun kemudian lebih banyak tentara turun ke jalan untuk menyampaikan tuntutan bonus serupa.(mr)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017