Jakarta (ANTARA News) - Survei Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menunjukkan bahwa media sosial menjadi platform yang paling sering digunakan untuk menyebarkan berita bohong.
Ketua Bidang Kebijakan Strategis Mastel Teguh Prasetya saat memaparkan hasil Survei Wabah Hoax Nasional di Jakarta, Senin, mengatakan 92,4 responden mendapat berita bohong dari media sosial.
Menurut survei Mastel, sebanyak 62,8 persen responden menyatakan mendapatkan berita bohong dari aplikasi pesan; 34,9 persen dari situs dan 8,7 persen dari televisi.
Berita bohong yang mereka terima umumnya tentang sosial politik (91,8 persen); masalah suku, ras, agama dan antar-golongan (88,6 persen), kesehatan (41,2 persen), makanan dan minuman (32,6 persen), keuangan (24,5 persen) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (23,7 persen).
Sebanyak 44,3 persen responden mengaku mendapat berita bohong setiap hari; 17,2 persen mengaku menerimanya lebih dari sekali sehari; 29,8 persen mengaku menerimanya seminggu sekali dan 8,7 persen mengaku menerimanya sebulan sekali.
Mastel melakukan survei itu selama dua hari ini pada 1.116 responden, yang terdiri atas 68 persen laki-laki dan 32 persen perempuan.
Mayoritas responden berusia 25-40 tahun (47,8 persen), diikuti oleh responden usia di atas 40 tahun (25,7 persen) dan 20-24 tahun (18,4 persen).
Sebagian besar responden adalah karyawan (49,3 persen), wiraswasta (19,9 persen) dan tidak bekerja (9,9 persen).
Ketua Umum Mastel Kristiono menjelaskan bahwa penyurvei memberikan pertanyaan berupa pilihan ganda kepada responden dan mereka bisa memilih lebih dari satu jawaban untuk setiap pertanyaan yang diajukan.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017