Jakarta (ANTARA News) - Bahasa tubuh ketiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta mengisyaratkan berbagai hal, mulai dari rasa grogi, puas, hingga kekompakan mereka.

Pakar bahasa tubuh Monica Kumalasari memaparkan analisisnya dengan mengambil contoh debat terakhir calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Jumat (10/2).


Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni

AHY cenderung mendominasi namun legowo memberikan kesempatan pada Sylviana. Pasangan calon ini melakukan koreksi atau penyempurnaan dari debat sebelumnya soal dominasi.


Mereka juga berusaha merebut simpati warga usia senior dengan menggunakan verbal style yang bukan baseline mereka. AHY menggunakan kata “nguwongke”, sementara Sylvi menggunakan kata “ngopeni”.


Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat

Ahok menahan diri untuk mengambil porsi yang lebih. Kesempatan ini dimanfaatkan Djarot untuk menguasai panggung.


Ahok seringkali menampilkan senyum tawanya merespons jawaban-jawaban paslon lain atas pertanyaan Djarot. Senyum ini pertanda Ahok puas atas statement yang disampaikan oleh Djarot.


Dalam cara penyampaian Djarot terlihat lebih berkharisma dengan tutur kata dan sikap yang lebih santun, sedangkan Ahok kurang tepat dalam bertutur dalam setting protokoler.


Anies Baswedan-Sandiaga Uno

Masih dengan gaya “baseline” Anies sebagai dosen – memiliki gaya retorika sebagai motivator paling baik dibanding pasangan calon lain. Kemampuannya merangkai dan membingkai kata juga tidak diragukan. Anies tahu benar bagaimana memainkan emosi penonton dengan kalimat pembuka sesuai tema – contoh bagaimana Ia mengapresiasi peran perempuan.

Dibandingkan dengan Anies – penguasaan emosi Sandiaga jauh lebih baik dan santun. Sandiaga lebih menguasai detail terutama dalam bidang keuangan dan bisnis.


Pasangan nomor urut tiga berusaha menampakkan keharmonisan dengan saling mengapresiasi kelebihan masing-masing. Hal ini juga terlihat saat Sandiaga mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan Ahok. Saat itu, Anies tampak menepuk halus punggung Sandiaga sebagai upaya dukungan dan motivasi.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017