Kairo (ANTARA News) - Satu pengadilan Mesir pada Sabtu (11/2) mengumumkan gerakan fanatik Hasm, yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok terlarang Ikhwanul Muslimin, sebagai organisasi teroris.
Hasm mengaku bertanggung-jawab atas sejumlah serangan sehingga menewaskan beberapa polisi di Mesir, tapi gerakan tersebut mengutuk ledakan di tempat ibadah pada Desember sehingga menewaskan 20 pemeluk Koptik, dan mengatakan Hasm membidik personel keamanan bukan warga sipil.
Mesir telah memerangi peningkatan gelombang serangan teror anti-pemerintah sehingga menewaskan ratusan polisi dan tentara sejak militer menggulingkan presiden Mohamed Moursi, dari kubu Islam, pada Juli 2013.
Belakangan penindasan oleh pasukan keamanan terhadap pengikut Moursi menewaskan tak kurang dari 1.000 orang dan membuat kelompok Ikhwanul Muslimin dimasukkan ke dalam organisasi teroris.
Kebanyakan serangan diakui oleh satu kelompok fanatik yang berada di Provinsi Sinai Utara, Mesir, yang berbatasan dengan Israel dan Wilayah Palestina Jalur Gaza serta setia kepada kelompok garis keras regional IS.
Namun, beberapa serangan --termasuk ledakan pada Desember sehingga menewaskan enam polisi-- diakui oleh gerakan Hasm, yang diduga ditaja oleh Ikhwanul Muslimin meskipun Ikhwanul Muslimin membantah tudingan tersebut.
Selama tiga tahun belakangan, operasi keamanan di Mesir menewaskan sebanyak 1.300 gerilyawan dan membuat ditangkapnya gerilyawan dalam jumlah yang sama sebagai bagian dari "perang anti-teror" di negeri itu, yang diumumkan oleh mantan pemimpin militer dan Abdel-Fattah As-Sisi, Presiden Mesir saat ini-- setelah penggulingan Moursi.
Pada Jumat, selama simposium yang diselenggarakan oleh militer, kepala dinas intelijen militer Mesir mengatakan operasi besar keamanan menewaskan 500 gerilyawan di Sinai sejak operasi itu dimulai pada September 2015.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017