Jakarta (ANTARA News) - Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyatakan proses memimpin ibu kota Jakarta beserta warganya diibaratkan seperti hubungan antara orang tua dan anak agar kota tersebut dapat berkarakter.
"Memimpin Jakarta itu seperti hubungan orang tua dengan anak-anak. Kami mempunyai peraturan, kami ingin anak-anak sehat, punya budi pekerti yang baik, orang tua ingin anaknya berhasil," kata Ahok dalam Debat Pilkada yang diselenggarakan di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat.
Ahok mengibaratkan pasangan Calon Gubernur-Calon Wakil Gubernur dari nomor urut lainnya seperti "om" dan "tante" yang bertandang ke rumah dan berharap untuk tidak banyak mengubah program dan aturan yang sudah ia jalankan.
Pada sesi terakhir debat, Ahok memaparkan perubahan besar pada kawasan Kalijodo yang dahulu menjadi tempat prostitusi kini disulap menjadi taman terbuka berkelas internasional.
"Ini kawasan Kalijodo tempat perempuan diperdagangkan, tempat narkoba diedarkan, tempat anak-anak dipekerjakan, kami bukan jual program, kami hancurkan jadi taman ubah seperti ini. Ini kelas internasional," kata mantan Bupati Belitung Timur tersebut.
Menurut dia, warga Jakarta yang diibaratkan anak-anak tersebut tidak perlu diberikan program yang berlebihan, seperti bantuan tunai Rp1 miliar untuk satu Rukun Warga (RW) dan program rumah murah yang dicicil setiap bulannya Rp800 ribu.
Dalam sesi pernyataan penutup closing statement, Ahok mengimbau agar pasang cagub-cawagub tidak merusak aturan demi kepentingan Pilkada.
"Mendidik anak itu susah bertahun-tahun, membangun itu gampang, kami ingin warga DKI yang sudah kami didik dengan baik, jangan dirusak gara-gara pengen jadi Gubernur saja," ungkapnya.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017