"Saya memang pernah menjadi plt kepala Satpol PP pada saat itu Pak Jokowi yang mengangkat saya sebagai plt, jadi memang Satpol PP ini bisa kok dikelola secara humanis," kata Sylviana, dalam debat publik ketiga Pilkada DKI Jakarta 2017, di salah satu hotel kawasan Jakarta Selatan, Jumat.
Sebagai bukti, kata dia, bahwa saat Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mestinya digusur seharusnya bisa ditata.
"Saya punya contoh konkret bisa lihat di Jalan Sabang itu ada yang namanya Kampung Lima, itu PKL terbaik se-Asia tahun 2010 dengan keamanan makanannya yang higienis," katanya.
Sylviana juga memberi contoh penataan PKL lainn yang terjadi di daerah Menteng, tepatnya di Jalan Sidoarjo, Jakarta Pusat.
"Itu berantakan kemudian kami kelola, kalau saya pulang debat kampanye langsung makan-makan di sana sangat higienis jadi kata kuncinya adalah bagaimana kita memimpin itu dengan hati dan saya yakin betul pada saat kita mimpin dengan hati kita tahu program tetapi tetap ada ketegasan," ucap Sylviana.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para pasangan cagub dan cawagub DKI disusun empat panelis, yakni guru besar Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Profesor Komaruddin Hidayat, ahli sosial bidang organisasi Universitas Indonesia, Meutia Gani, guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Profesor Prijono Tjiptoherijanto, dan tokoh disabilitas tuna netra, Tolhas Damanik.
Sementara pembawa acara, Alfito Gintings, menjadi moderator dalam debat publik ketiga itu.
KPU DKI Jakarta mengangkat tema Kependudukan dan Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Jakarta dengan sub-tema perlindungan anak, pemberdayaan perempuan, pemberantasan narkoba, dan perwujudan ibukota sebagai kota ramah disabilitas pada debat ketiga calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017