Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak menguat tipis sebesar enam poin menjadi Rp13.323, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.329 per dolar AS.
"Cadangan devisa yang meningkat menjaga kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi nasional," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta.
Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir Januari 2017 tercatat sebesar 116,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2016 yang sebesar 116,4 miliar dolar AS.
Di sisi lain, lanjut dia, penguatan surat utang negara (SUN) di pasar domestik juga turut menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Secara umum, ia mengatakan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang diproyeksikan membaik pada 2017 juga masih menjaga daya tarik aset berdenominasi rupiah.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan rupiah cenderung tertahan terhadap dolar AS menyusul data serapan tenaga kerja Amerika Serikat yang baik serta defisit perdagangan AS yang menipis.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa penurunan harga minyak mentah dunia menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS lebih tinggi.
"Harga minyak mentah menurun akibat tanda-tanda meningkatnya produksi minyak Amerika Serikat serta rendahnya permintaan dari Tiongkok selaku konsumen terbesar kedua di dunia," katanya.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Rabu (8/2) sore ini melemah 0,96 persen ke level 51,67 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude turun 0,73 persen menjadi 54,65 dolar AS per barel.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.337 dibandingkan Selasa (7/1) Rp13.322.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017