Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah dan sejumlah produsen minyak sawit mentah (CPO) sepakat akan menekan harga minyak goreng curah di pasar domestik secara bertahap antara Rp6.500 sampai dengan Rp6.800 per kilogram menyusul naiknya harga minyak goreng yang mencapai di atas Rp8.000 per kilogram. Kesepakatan itu tercapai setelah dua menteri, Menperin Fahmi Idris dan Mendag Mari E. Pangestu melakukan pertemuan dengan sejumlah asosiasi yaitu Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), dan Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI)serta produsen besar CPO, di Jakarta, Selasa. "Saya berharap (harga minyak goreng) jatuhnya pada angka Rp6.500 per kilogram," kata Fahmi, yang meminta para produsen mengambil angka terendah dari kisaran harga minyak goreng curah yang ingin dicapai pemerintah itu. Fahmi mengatakan, untuk mencapai harga itu sejumlah produsen sepakat mengurangi harga CPO yang dipasok ke industri pengolahan CPO menjadi minyak goreng dengan total pasokan sebesar 100.000 ton per bulan dari total kebutuhan CPO nasional sebesar 225.000 hingga 300.000 ton per bulan untuk industri maupun minyak goreng curah. Sejumlah perusahaan yang menyatakan siap memasok kebutuhan CPO murah untuk minyak goreng curah yang dipakai masyarakat menengah ke bawah adalah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, IV, V, dan XIII (20.000 ton), Grup Sinar Mas melalui PT Smart Tbk (10 ribu ton), Minamas (5.000 ton), dan Grup Wilmar (5.000 ton). Selain itu juga, Musim Mas (5.000 ton), PT BEST (5.000 ton), PT Astra Agro Lestari (5.000 ton), Grup Salim (5.000 ton) dan PT Darmex Oil (3.000) ton, sehingga total yang siap menurunkan harga minyak goreng pada level tersebut baru mencapai 63 ribu ton. "Sisanya nanti masih akan ada perusahaan yang menyatakan kesanggupannya sore ini. Kami akan mengumumkan perusahaan yang memiliki komitmen membantu dan tidak," ujar Fahmi. Ia mengatakan, kebutuhan minyak goreng untuk konsumsi masyarakat di dalam negeri mencapai sekitar 100 ribu ton per bulan yang 80 ribu ton diantaranya dipasok ke Pulau Jawa (40.000 di Jabodetabek, 15.000 di Semarang, dan 25.000 di Surabaya). Sedangkan, sisanya 20.000 ton dipasok ke luar Pulau Jawa, yaitu 12.000 ton di Medan dan 8.000 ton dipasok ke Makasar. Sementara itu, Mari Pangestu mengatakan, target harga minyak goreng curah sebesar Rp6.500 sampai Rp6.800 per kilogram akan dicapai secara bertahap sampai akhir Mei 2007. Ia memperkirakan, pada Juni 2007 harga CPO dunia yang mempengaruhi kenaikan harga minyak goreng domestik juga akan turun, sehingga harga minyak goreng pun diperkirakan akan turun kembali. Preskom PT Smart Tbk, Franky O Widjaja yang merupakan produsen CPO besar dengan komitmen bantuan pasokan 10.000 ton, menyambut positif upaya dan target pemerintah untuk menstabilkan minyak goreng. "Lebih dari dua per tiga produksi kebun kami dipakai untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng sendiri, dan hanya sebagian kecil yang diekspor," katanya. Sementara itu, Direktur Eksekutif GAPKI Derom Bangun mengatakan pihaknya akan menurunkan harga CPO sebesar Rp800 hingga Rp900 per kilogram untuk keperluan minyak goreng curah untuk menjaga harga minyak goreng af pabrik sebesar Rp6.100 per kilogram sehingga harga ritel bisa mencapai Rp6.500 per kilogram. Sedangkan, Direktur Eksekutif GIMNI, Sahat Sinaga, mengusulkan sebaiknya minyak goreng curah murah itu dibedakan warnanya dengan dengan minyak goreng dalam kemasan yang harganya tidak disubsidi kepara produsen. Kemudian, Ketua AIMMI, Adi Wisoko, mengingatkan bahwa komitmen yang terbentuk saat ini diikuti dengan kontrol yang ketat terhadap komitmen tersebut dan para ketua asosiasi melaporkan secara mingguan data anggotanya yang membantu pemerintah. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007