"Saya berharap 2017 keseluruhan, tidak hanya di triwulan satu, momentum ekspor itu terjaga," kata Sri Mulyani di Jakarta, Selasa.
Sri Mulyani mengatakan saat ini kinerja ekspor telah memperlihatkan pertumbuhan yang positif karena pada triwulan IV-2016 bisa tumbuh 4,24 persen (yoy), setelah sebelumnya selalu mengalami kontraksi.
Untuk itu, ia meminta adanya upaya memperkuat sektor ekspor guna menjaga momentum positif yang telah terjalin, salah satunya dengan memperdalam pasar di kawasan Asia Tenggara.
"Kalau dari sesama negara ASEAN sebagai destinasi ekspor itu cukup memberikan confidence, karena negara seperti Myanmar dan Vietnam saat ini mereka tumbuh cukup tinggi," katanya.
Selain itu, Sri Mulyani juga meminta upaya untuk mengincar peluang dari pemulihan negara mitra dagang Indonesia, yang sebelumnya sempat mengalami kelesuan ekonomi, seperti Tiongkok dan Jepang.
"Dari destinasi pasar di Asia, seperti India, Tiongkok, Jepang juga memiliki positif momentum. Di luar itu, Amerika Serikat dan Eropa masih punya dinamika yang kita semua tahu," katanya.
Sementara itu, Ekonom Chatib Basri menambahkan kinerja ekspor relatif baik pada triwulan IV-2016 karena adanya kenaikan harga komoditas global serta pemulihan ekonomi negara maju yang telah meningkatkan permintaan.
Namun, ia mengingatkan apabila Presiden AS Donald Trump benar-benar melaksanakan kebijakan proteksionisme, hal itu bisa berpengaruh ke Tiongkok, yang saat ini merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.
Untuk itu, Chatib menyetujui ide bahwa Indonesia harus memperkuat ekspor ke kawasan Asia Tenggara, apalagi biaya logistik yang diperlukan tidak terlalu besar dan tarif yang berlaku sudah nol karena adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN.
"Pasar yang relatif tinggi itu di Asia, jadi arah pasar ekspor harus ke Asia, terutama ASEAN. Saat ini, logistik kita ke Thailand lebih murah daripada ke Sulawesi atau Papua. Jadi pengusaha kita harus berpikir, pasar Asia harus dijadikan target," ujar mantan Kepala BKPM ini.
Sebelumnya, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada 2016 sebesar 5,02 persen yang dominan didukung oleh konsumsi lembaga non-profit melayani rumah tangga, konsumsi rumah tangga maupun pembentukan modal tetap bruto.
Namun, konsumsi pemerintah, ekspor maupun impor sepanjang 2016 masih mengalami kontraksi dan tumbuh negatif, sehingga tidak bisa memberikan kontribusi maksimal kepada perekonomian nasional.
Sektor ekspor nasional pada 2016 tercatat tumbuh negatif 1,74 persen, meski pada triwulan IV-2016 sempat terjadi perbaikan kinerja dengan peningkatan laju sebesar 4,24 persen.
Ekspor barang dan jasa merupakan komponen terbesar ketiga dalam distribusi PDB, setelah konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto, dengan kontribusi mencapai 19,08 persen.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017