Astana (ANTARA News) - Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, Akira Amari, dan Perdana Menteri (PM) Kazakhstan, Karim Masimov, mengeluarkan pernyataan bersama, Senin, yang bertujuan mendorong kerjasama nuklir sipil bilateral serta pasokan uranium Kazakhastan ke Jepang. Selain itu juga, pihak Tokyo mempertimbangkan menaikkan andil Kazakhstan dalam impor uranium Jepang menjadi 30 hingga 40 persen dari yang saat ini hanya satu persen. Para pejabat eksekutif dari 29 perusahaan Jepang mendampingi Amari ke Astana untuk menandatangani 24 kesepakatan bisnis dengan perusahaan-perusahaan Kazakhstan, guna membantu menjamin stabilitas pasokan uranium ke Jepang dalam jangka panjang dan memfasilitasi alih teknologi nuklir sipil dari Jepang kepada Kazakhstan. Jepang mengirim delegasi beranggotakan 150 orang dari sektor pemerintah dan swasta ke Kazakhstan mengantisipasi meningkatnya permintaan untuk uranium, salah satu bahan dasar pembangkit tenaga nuklir, karena peningkatan jumlah negara yang memulai membangun pembangkit-pembangkit listrik tenaga nuklir yang didukung oleh melonjaknya harga minyak akhir-akhir ini. Kazakhstan memiliki cadangan uranium terbesar ke dua dunia setelah Australia, menurut data pemerintah Jepang. Harga uranium melonjak 12 kali lipat pada periode 2000 hingga 2007. Para pejabat pemerintah Jepang juga menetapkan pembangkit tenaga nuklir sebagai sumber energi yang sangat menjanjikan untuk masa mendatang karena tidak mengandung carbon dioksida. Diantara 24 kesepakatan tersebut, Marubeni Corp., memperoleh saham dalam tambang uranium dalam sebuah transaksi dengan perusahaan atom milik pemerintah Kazakhstan, Kazatomprom. Toshiba Corp. mencapai kesepakatan dengan Kazatomprom untuk membantu membangun pembangkit tenaga nuklir. Pihak Jepang juga sepakat untuk menyediakan Kazakhstan dengan bantuan teknologi untuk pengolahan bahan bakar uranium dan pembangunan reaktor untuk memasok uranium. Dengan kesepakatan tersebut, Kazakhstan diperkirakan menjadi salah satu pemasok uranium terbesar ke Jepang di masa mendatang, mengungguli Australi, yang saat ini mempunyai andil 33 persen dan Kanada 27 persen. "Ke dua pihak berharap agar peningkatan hubungan kerjasama seperti itu akan membantu meningkatkan reputasi masing-masing negara karena telah memperkenalkan pembangkit tenaga nuklir untuk perdamaian," katanya. Selama kunjungan dua hari ke Kazakhstan mulai hari Minggu, Amari juga mengadakan pembicaraan dengan Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev, Menteri Sumber Energi dan Mineral Baktykozha Izmukhambetov serta Menteri Perdagangana dan Insutri Galym Orazbakov. Amari meninggalkan Jepang Jumat lalu untuk kunjungan ke Uzbekistan, tujuan pertama dari lawatannya ke empat negara yang juga ke Arab Saudi dan Brunei. Selama kunjungannya ke Uzbekistan, Amari mencapai kesepakatan dengan Perdana Menteri Uzbeksitan Shavkat Mirziyoyev bahwa Jepang dan Uzbekistan akan memperkokoh kerjasama dalam eksplorasi dan pengembangan minyak, gas alam, uranium dan sumber-sumber mineral lain di Uzbekistan. Hal ini dalam upaya mendukung Jepang memperbaiki iklim investasi di negara kaya sumber mineral tersebut, demikian menurut para pejabat Jepang, seperti dikutip Kyodo News. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007