Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia memandang kondisi likuiditas perbankan di awal tahun ini cenderung longgar, mengingat rendahnya penawaran oleh bank terhadap bunga instrumen operasi pasar terbuka BI yang biasanya digunakan untuk menutupi kekurangan likuiditas dari pasar finansial.
Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter BI Dody Zulverdi di Jakarta, Senin, mengatakan sejak pemberlakuan skema lelang (variable rate tender/VRT) per 1 Februari 2017 untuk bunga operasi pasar terbuka, rata-rata tertimbang dari hasil lelang menunjukkan bunga instrumen BI dengan level rendah.
Misalnya, untuk instrumen repo Surat Utang Negara bertenor dua pekan, rata-rata tertimbang bunga instrumen tersebut turun menjadi 4,92 persen dari 4,95 persen.
"Makanya dengan hasil lelang ini, kita bisa tahu cerminan likuiditas perbankan," ujar dia.
Penawaran bunga yang rendah untuk instrumen operasi pasar terbuka menunjukkan perbankan tidak terlalu "jor-joran" dalam mencari pendanaan di pasar. Hal itu, ujar Dody, mencerminkan perbankan memiliki pendanaan atau likuiditas yang memadai.
Menurut data BI per Senin (6/2), bunga instrumen pasar terbuka yang menggunakan skema lelang yakni tenor dua pekan sebesar 4,92 persen, satu bulan 5,17 persen, tiga bulan sebesar 5,57 persen, enam bulan sebesar 5,77 persen, sembilan bulan sebesar 5,9 persen dan 12 bulan sebesar 6 persen
Sedangkan untuk bunga instrumen dengan skema yang ditetapkan BI (fixed rate tender), yakni tenor satu malam memiliki bunga empat persen, tujuh hari sebesar 4,75 persen.
Dody enggan memperkirakan berapa lama tren penawaran bunga rendah akan berlangsung. Kondisi penawaran dalam lelang akan sangat mencerminkan kondisi likuiditas bank.
"Maka jangan heran kalau pekan depan, bunganya tiba-tiba naik," ujar Dody.
Saat kebutuhan likuiditas perbankan meningkat, BI akan meningkatkan kewaspadaan agar suku bunga instrumen pasar terbuka tidak bergerak terlalu tinggi. Dody mengatakan BI ingin suku bunga instrumen pasar tetap mencerminkan kebijakan moneter BI.
Maka dari itu, BI akan tetap mengintervensi agar pergerakan suku bunga instrumen operasi pasar terbuka tidak bergerak jauh secara fluktuatif. Cara intervensi BI adalah dengan menyesuaikan jumlah yang akan digelontorkan maupun yang diserap dalam operasi pasar.
"Misalnya bunga instrumen yang ditawarkan bank sebagai peserta lelang terlalu tinggi, BI akan menurunkan jumlah dana di pasar yang akan diserap. Sebaliknya jika bunganya terlalu rendah, maka kami bisa meningkatkan jumlah penyerapannya," ujar dia.
Berdasarkan kajian pengelolaan moneter BI, kata Dody, rentang pergerakan suku bunga instrumen operasi pasar yang masih ditolerir yakni 5-25 basis poin.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017