"Kenapa tidak Lovely Bali misalnya? Adakah yang lebih hebat dari pada love (cinta)? kan tidak ada. Kalau sudah love semua khan juga indah. Coba kalau benci semua juga jelek," kata Pastika, usai menghadiri Sidang Paripurna DPRD Provinsi Bali, di Denpasar, Senin.
Menurut dia, dengan branding "Lovely Bali" akan jauh lebih menarik, apalagi belakangan ini semakin banyak orang yang menginginkan untuk menggelar pesta pernikahan di Pulau Dewata.
"Kenapa (orang ingin menikah di Bali-red)? Karena lovely Bali itu, sehingga kita harus menangkap bahwa kita itu adalah pulau yang penuh dengan cinta," ujarnya.
Pada sisi lain, Pastika mengaku belum mengetahui persis terkait dengan usulan branding "Bali, The Island of God" atau Bali Pulau Dewata yang akhirnya telah diajukan Dinas Pariwisata provinsi setempat kepada Kementerian Pariwisata.
"Menurut saya, bukan The Island of God. Nanti akan saya panggil itu, nggak boleh (branding) sembarangan ditetapkan," ucapnya.
Orang nomor satu di Bali itu berpandangan, branding menjadi hal yang penting sekali dalam konteks pemasaran, termasuk promosi pariwisata. Selain branding, dua hal lainnya yang penting menyangkut segmen yang akan disasar (positioning) dan hal yang berbeda/keunikan (differentiation).
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Anak Agung Gede Yuniartha Putra mengatakan branding Bali The Island of God, telah disampaikan kepada Kementerian Pariwisata pada 3 Februari 2017.
"Branding tersebut sudah diputuskan bersama-sama antara semua stakeholder (pemangku kepentingan), kalangan akademisi dan budayawan di Bali. Karena telah diputuskan bersama-sama, itu menjadi keputusan Bali," ucapnya.
Di samping itu, tambah Yuniartha, branding tersebut juga sebelumnya telah diberikan orang asing sendiri kepada Bali.
"Sebelumnya kita sudah mempunyai branding Bali Shanti, Shanti, Shanti, tetapi itu tidak selaras dengan branding Wonderful Indonesia, sehingga kita perlu melakukan pembaharuan," ujarnya.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017