"Pilkada jangan sampai enggak ambil pelajaran apapun. Untuk cek data, kemarin pas debat dari ketiganya ngeluarin data, angka-angka. Ketika kita denger doang sebagai orang yang nonton. Jangan langsung percaya, cek lagi. Jangan mudah terprovokasi dengan gambar, tulisan. Cek lagi cek lagi," ujar dia kepada ANTARA News di Jakarta belum lama ini.
Indra mengaku sempat tak peduli soal gejolak politik negara ini. Dia bahkan pernah sama sekali tak berkeinginan memanfaatkan hak pilihnya dalam pemilihan umum.
"Dari dulu pertama kali punya hak pilih, gue enggak pernah pakai. Waktu awal-awal gue apatis karena kuliahnya di luar kota. Alasan praktis sih sebenarnya. Gue merasa bahwa suara gue enggak akan ngaruh," tutur dia.
Namun semua itu berubah di tahun 1998 lalu. Dia mengatakan, di masa itu saat kondisi politik Indonesia sangat bergejolak, dirinya mulai berpikir untuk mengutarakan gagasannya soal pemimpin negara yang dibutuhkan rakyat.
"Setelah saat 1998 di kampus, pergolakan politik yang luar biasa, gue ada di situ dan mulai mikir. Kalau nanti enggak bisa lagi turun ke jalan buat demo, paling penting gue manfaatin hak gue sih. Dari situ gue memilih menggunakan hak pilih. Mulai cari tahu visi misi calon-calonnya," kata Indra.
"Gue merasa bahwa suara gue enggak akan ngaruh. Itu yang salah sebenarnya. Kalau ada jutaan orang yang berpikir seperti itu, selesai sudah," sambung dia.
(Baca juga: Pilkada DKI, Indra Herlambang tak tertarik karisma paslon)
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017