"Dulu memang pernah ada. Tetapi sudah kami copot. Jadi rasanya, tidak mungkin mereka berani seperti itu. Tetapi, saya akan tetap cek kabar itu," kata Risma, saat ditemui wartawan di rumah dinasnya, Jumat.
Menurut dia, bila yang disampaikan anggota Komisi D DPRD tentang makam fiktif itu Asem Jajar dan Asem Rowo, maka hal itu salah. Di kedua lokasi itu, pemerintah Kota Surabaya memang sengaja mengkapling dengan memasang beton melingkar. Kapling beton itu dibangun agar di lahan makam itu tidak dibangun hunian liar oleh warga.
Makam dengan kapling itu, lanjut Risma, juga terjadi di beberapa lokasi, di antaranya adalah makam Ngagel, Tembok, dan Rangkah. Problemnya sama, kapling dibangun untuk mencegah penghuni liar menempati kawasan itu lagi.
Wakil Ketua Komisi D Bidang Kesra DPRD Surabaya, Junaidi, sebelumnya menduga ada praktik jual-beli makam di Surabaya. Dugaan itu disampaikan menyusul laporan warga.
"Saya terima laporan warga, bahwa ada petugas jaga makam yang menjual. Ada yang sudah dikapling, bahkan sudah dipasang kijing (batu penutup makam yang menyatu dengan batu nisan, terbuat dari pualam, tegel atau semen)," katanya.
Pewarta: Abdul Hakum
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017