Sebagaimana telah diutarakan presiden berulang kali, dia (Trump) punya harapan untuk mencapai perdamaian di seluruh kawasan Timur Tengah
Jakarta (ANTARA News) - Gedung Putih, Kamis waktu AS, dengan halus memperingatkan Israel bahwa perluasan permukiman Yahudi di Tepi Barat tidak akan membantu tercapainya perdamainan di Timur Tengah. Ironisnya Gedung Putih mengaku tidak memiliki posisi politik resmi menyangkut aktivitas permukiman Yahudi di tanah Palestina yang diduduki Israel itu.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Sekretaris Pers Sean Spicer menyebutkan bahwa pemerintahan Trump menganggap permukiman Yahudi sebagai bisa saja menjadi "rintangan bagi perdamaian", dan bahwa "pembangunan permukiman baru atau perluasan dari permukiman yang sudah ada di luar dari perbatasan yang ada saat ini mungkin tidak membantu menciptakan tujuan itu (perdamaian Timur Tengah)."
"Niat Amerika untuk perdamaian antara Israel dan Palestina tidak pernah berubah selama 50 tahun," kata Spicer merujuk keinginan kuat Presiden Trump bahwa kembali ke meja perundingan Timur Tengah adalah tujuah yang dia harapkan bisa dicapai.
Pernyataan ini berbeda dari pendirian duta besar AS di Israel yang justru menyokong permukiman Yahudi di tanah pendudukan Palestina itu.
Pernyataan ini juga berbalikkan dengan isyarat-isyarat pertama Trump kepada Israel yang selama ini ditafsirkan banyak kalangan bahwa dia akan sangat pro Israel, termasuk dalam soal permukiman Yahudi di Tepi Barat. Apalagi pemimpin negara yang pertama ditelepon Trump adalah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang pernah menyebut mantan presiden Barack Obama lemah dan tidak membela Israel.
"Sebagaimana telah diutarakan presiden berulang kali, dia (Trump) punya harapan untuk mencapai perdamaian di seluruh kawasan Timur Tengah," kata Spicer seperti dikutip Washington Post.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017