Bukit khayangan, Jambi (ANTARA News) - Bukit Khayangan, di ketinggian 2.000 meter dari permukaan laut. Pukul 11:14 WIB, matahari bersinar cerah, kumpulan awan berserak tidak teratur, dan angin berdesir dingin melebihi kawasan puncak Cianjur, Jawa Barat.
Dari Bukit Khayangan, kota Sungaipenuh, Jambi, daratan di bawahnya terlihat seperti tumpukan kotak-kotak korek api yang berserak. Satu kelompok besar rumah di tengah, lalu kelompok-kelompok kecil menyebar acak.
Hamparan sawah hijau memisahkan kotak-kotak itu. Nun, di sudut kanan, Danau Kerinci menunjukkan citranya yang tenang dengan dominasi warna biru tua di bawah sinar matahari yang cerah.
Sementara pegunungan bukit barisan mengelilingi lembah subur itu sehingga bentuknya seperti cawan yang memanjang. Meski matahari cerah, desiran angin dingin memaksa wisatawan merapatkan baju dan jaketnya.
Pada ketinggian 2.000 mdpl, Bukit Khayangan selalu menjanjikan pemandangan dengan sensasi berbeda, tergantung pada kondisi apa Anda di sana. Pada kondisi hujan, Anda bisa melihat permainan awan menyirami bumi pada lokasi yang di "berkahi".
Pada kondisi lain, wisatawan seperti berada di atas khayangan karena awan berada di bawah menyelimuti hamparan hijau nun di bawah sana.
Sungaipenuh adalah kota terbesar kedua di Provinsi Jambi, Indonesia. Kota ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25/2008 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Kerinci dan pengesahannya dilakukan oleh menteri dalam negeri pada tanggal 8 Oktober 2009.
Sungaipenuh memiliki luas wilayah 39.150 hektar dan 59,2 persen (23.177,6 Hektare) merupakan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, sedangkan sekitar 40,8 persen (15.972,4 Hektare) baru merupakan daerah efektif perkotaan.
Kelas Dunia
Kota ini merupakan tempat terbaik untuk mencapai spot terbaik kelas dunia; sebutlah Danau Kerinci, Danau Gunung Tujuh (danau tertinggi di Asia Tenggara), Danau Kaco, Air Terjung Telun Berasap, Gunung Kerinci (3.805 mdpl), sungai, air panas, gua dan bejibun obyek wisata lainnya.
Yang fenomenal, tentu saja Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang masih menyimpan banyak misteri dengan keanekaragaman flora dan fauna. TNKS adalah taman nasional terbesar di Sumatera. Taman ini memiliki luas 13.750 kilometer persegi dan membentang ke empat provinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan, dengan koordinat antara 100.31.18-102.44.01 Bujur Timur dan 1.07.13-1.26.14 Lintang Selatan.
Terdapat sekitar 4000 spesies tumbuhan termasuk bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldi, dan bunga tertinggi di dunia, Titan Arum, sementara TNKS masih menghidupi harimau, badak, gajah, macan dahan, tapir Melayu, beruang madu, dan sekitar 370 spesies burung.
Sungaipenuh juga memiliki kekayaan sajian makanan yang memenuhi beragam selera wisatawan. Rasa makanan yang sudah universal, yakni masakan khas Minang atau dikenal dengan masakan Padang. Kondisi ini wajar karena kota ini lebih dekat atau berbatasan dengan Ranah Minang, dan dulu juga pernah menjadi bagian dari provinsi Sumatera Barat.
Jadi tidak heran jika rumah makan rasa Minang bertebaran di kota ini. Namun, makanan rasa lokal juga tidak kurang dan sama lezatnya, di antaranya dendeng batokok, soto semerup, ketan durian, lamang tapai, aneka olahan ikan danau dan sungai setempat. Yang paling dicari sudah pasti, ikan semah.
Ikan semah adalah ikan endemik di Sungaipenuh dan Kerinci yang hidup di sungai-sungai berair deras. Jumlahnya semakin langka dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Sungaipenuh sedang berusaha membudidayakannya agar tidak punah dan jumlahnya cukup untuk dikonsumsi.
Semuanya ini, yakni tujuan wisata dan sajian makanan adalah "berlian" bagi industri pariwisata Sungaipenuh. Berlian itu berada dalam ceruk mangkok dimana bidang datarnya begitu luas. Konon Danau Kerinci purba memiliki hamparan yang lebih luas dari danau sekarang yang seluas 4.200 Hektare, berkedalaman 110 meter dan berada di ketinggian 783 mdpl.
Akses Transportasi
Kunci lain dari industri wisata adalah kemudahan akses transportasi. Tujuh kilometer dari Sungaipenuh terdapat Bandara Depati Parbo. Persisnya di Desa Hiang Kecamatan Sitinjau Laut, Kabupaten Kerinci, Jambi. Depati Parbo adalah pejuang Kerinci yang menentang penjajahan Belanda
Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 1.400 m x 30 m. Pemerintah akan memperpanjang , landasan pacu menjadi 2.600 meter dengan lebar 100 meter agar dapat didarati pesawat berbadan lebar jenis boeing. Dia dipersiapkan agar perusahaan penerbangan reguler seperti Garuda dan Sriwijaya bisa mendarat dengan mulus.
Kementerian Perhubungan juga menyediakan dana Rp15 miliar untuk pengembangan bandara ini untuk pembebasan lahan menuju pintu masuk di perbatasan Desa Koto Iman dengan Desa Sebukar. Proses pembangunan terus berjalan. Fisik terminal baru juga sudah terlihat dengan dominasi dinding kaca biru dan atap berwarna gelap, sementara tiang-tiang penyangga berwarna kuning terlihat menonjol.
Keberadaan bandara sangat strategis di Sungaipenuh. Melalui jalur darat, kota ini bisa dicapai melalui lintas tengah dan barat Sumatera.
Jika lewat lintas tengah bisa melalui Kota Bangko-Sungaipenuh (147 km) dan kota-kota berikutnya sepanjang lintas tengah, hingga Solok, Lubuak Selasih, belok kiri ke Alahan Panjang, Muaralabuh, Kerinci, lalu Sungaipenuh sejauh 217 km. Jika melalui lintas barat, melalui Bengkulu dari timur atau Padang dari barat, kemudian bertemu di Tapan, Sumatera Barat. Jarak Tapan-Sungaipenuh 63 km.
Karena itu, pilihan melalui udara akan menjadi pilihan cepat bagi mereka yang memiliki waktu terbatas untuk menjangkau Sungaipenuh. Ke depan pilihan via udara akan semakin besar karena itu, kebijakan pemerintah pusat dan daerah sudah tepat dengan memperpanjang landasan dan membuka penerbangan reguler ke kota ini.
Sementara pilihan melalui darat akan tetap diminati karena keunggulan dari Sungaipenuh dan daerah-daerah menjelang memasuki daerah ceruk cawan adalah keindahan alamnya yang masih asri, unik dan meninggalkan kesan mendalam. Berlian itu kemudian bertemu di ceruk cawan Sungaipenuh dan menyebar hingga ke Kerinci.
Masih ingin ke luar negeri? Tidak ada larangan.... tetapi harap mencatat: alam Indonesia jauh lebih indah.
Oleh Erafzon SAS
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017