Palu (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan konflik yang bermunculan di sejumlah daerah pascareformasi sudah dapat diselesaikan dengan baik, oleh karena itu ia minta agar kondisi yang makin baik sekarang ini jangan sampai dirobek kembali.
"Hal ini mesti disyukuri dan jujur mengatakan kondisi makin baik. Jangan dirobek kembali suasana yang tenang ini," ujarnya saat membuka Simposium Pemuda Indonesia bertajuk "Resolusi Konflik, di Convention Hall Silae Beach, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Senin.
Diingatkannya bahwa konflik yang akhir-akhir ini mengemuka di Tanah Air sejalan dengan demokratisasi dan kebebasan yang makin mekar dan merupakan benturan antaridentitas.
"Akar konflik karena identitas menjadi lebih mengemuka dibanding konflik di era 50an-60an yang diwarnai separatisme dan tidakan-tindakan mengambilalih kekuasaan," katanya.
Menurut Presiden, Indonesia dengan penduduk 220 juta dan memiliki lebih 17 ribu pulau, etnik beragam, serta proses sejarah yang berganti-ganti, melahirkan akar konflik perspektif identitas.
Pascareformasi, terjadi konflik di sejumlah daerah seperti di Sampit, Poso, Ambon dan Ternate, meskipun dalam sekala yang lebih kecil, yang berlatarbelakang benturan identitas.
Secara bertahap konflik tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan situasi keamanan jauh lebih baik.
Presiden juga mengatakan konflik seelok-eloknya dapat dicegah, dan jika konflik terjadi dibutuhkan kemampuan mengelolanya dengan cara-cara yang tepat, adil, beradab dan sedamai mungkin.
"Setelah berhasil menyelesaikan konflik yang berkecamuk, langkah selanjutnya pengelolaan pascakonflik. Rekonstruksi menjadi sangat penting," katanya.
Presiden menyampaikan lima pilar yang mesti diketahui dalam menyelesaikan konflik, pertama mencegah konflik, hal ini yang paling murah dan baik apabila berusaha tidak membiarkan hal sekecil apa pun terkait dengan identitas.
Kedua, menyelesaikan konflik secara damai sebab penyelesaian dengan pengerahan militer bukan cara yang tepat dan bermartabat, hampir pasti banyak jatuh korban. Pilar ketiga, tidak ada negosiasi tanpa memberi dan menerima atau dengan kata lain kompromi. Pilar keempat dan kelima adalah kepemimpinan yang baik dan manajemen pasca-konflik.
Setelah membuka Simposium Pemuda Indonesia, Presiden Yudhoyono menuliskan pesan di kanvas "Para pemuda, mari kita pelihara keamanan, persatuan dan kerukunan di negeri ini".(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007