"Selusin dulu, 12 produk, atau mungkin dua artikel atau tiga artikel (soal produk) diposting di Instagram atau website (milik Anda) dengan video. Itu sudah cukup," ujar dia di sela gelaran Indonesia Fashion Week (IFW) 2017, Jakarta, Rabu.
Menurut Barli, hal tersebut bisa dilakukan asalkan produk yang ditawarkan memiliki identitas yang membedakannya dari produk pesaing.
Selanjutnya, Barli menyarankan untuk melakukan observasi menyoal komunitas-komunitas atau industri apa saja yang bisa didekati, serta berani melakukan direct selling.
"Kita harus bisa direct selling, beli putus, mapping komunitas-komunitas apa saja, industri apa saja yang bisa kita dekati," kata dia.
"Dari segi ekonomis kita bisa melakukan dengan online. Efisiensinya akan terlihat bahwa ini bisnis sehat. Hdup sehat, bisnis sehat, itu kita lakukan untuk memberikan pola hidup sehat. Supaya tidak terjun dalam resiko tingkat tinggi, dalam artian stres," sambung Barli.
Hal lain yang tak kalah penting adalah komitmen dan bertanggung jawab.
"Komitmen dan konsekuen terhadap apa yang dilakukan. Kalau kita sudah memutuskan akan melakukan ini, tidak bisa berhenti di tengah jalan. Kita bikin satu brand, akhirnya tenggelam karena enggak ada komitmen. Itu bisa saja terjadi," tutur dia.
Barli menekankan, modal berupa dana dan karakter juga harus menjadi pegangan saat memutuskan membuka bisnis busana.
"Jadi, modal pertama, modal dari capital dan personality-nya juga. Karakter harus kuat, komitmen, bertanggung jawab, disiplin dan mau belajar serta berinteraksi. Jangan terlalu kaku. Karena kalau terlalu kaku akan susah," pungkas pria berkacamata itu.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017