Talinn (ANTARA News) - Pemerintah Estonia mengecam pengepungan atas kedutaan besar (kedubes)-nya di Moskow, Rusia, pada Senin, di mana ada lusinan warga Estonia dikurung oleh para pemuda yang melakukan protes atas penyingkiran satu mounumen perang Sovyet di Talinn, ibukota Estonia. "Situasi di sekitar kedubes Estonia di Moskow adalah perang urat syaraf," kata Presiden Estonia, Toomas Hendrik Ilves, kepada AFP. Ia menimpali, "Hampir 24 warga Estonia berada di dalam gedung kedubes, seolah-olah disandera. Para warga Estonia lainnya dilarang memasuki kedubes itu." Menlu Estonia, Urmas Paet, mengatakan bahwa negaranya akan mendesak Uni Eropa (UE), di mana negaranya adalah termasuk anggotanya untuk turun tangan. Ia mengatakan kepada Radio Estonia: "Staf kedubes di Moskow dikunci selama empat hari belakangan ini. "Kami bisa membawa keluar seorang karyawati yang hamil dengan seorang anak berusia di bawah lima tahun Minggu malam tapi para pekerja lainnya tidak dapat masuk atau keluar," katanya. Ia menambahkan: "Karena Rusia melanggar kewajiban internasionalnya untuk melindungi satu perwakilan diplomatik, maka kami akan meminta UE melakukan satu usaha diplomatik pada Federasi Rusia menyangkut masalah ini." Satu delegasi majelis rendah perlemen Rusia, Duma menurut rencana akan tiba di Talinn, Senin petang, untuk melakukan perundingan tentang krisis menyangkut monumen itu, yang memicu kerusuhan dua malam di Talinn, di mana seorang warga Rusia tewas. Patung Tentara yang terbuat dari perunggu, yang dianggap warga Estonia sebagai peringatan 50 tahun pendudukan Sovyet, disingkirkan dari tempat di mana patung itu didirikan sejak tahun 1947 di tengah kota Talinn, Jumat pagi, setelah malam pertama kerusuhan. Rusia menganggap patung itu sebagai satu peringatan bagi jutaan personel Tentara Merah yang tewas dalam pertempuran melawan Nazisme dalam Perang Dunia II, dan ingin mengembalikannya pada tempat semula. Para pejabat Estonia mengatakan, pihaknya akan menegakkan kembali patung itu, mungkin Senin petang, di satu pemakaman militer di Talinn. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007