Kairo (ANTARA News) - Kota Gaza yang kini terus digempur pasukan Israel sangat memutuhkan tenaga dokter, khususnya dokter spesialis, guna membantu korban luka yang makin bertambah di wilayah itu, sementara tim aju awal kemanusiaan Indonesia masih terus melengkapi bantuan obat-obatan dan sarana kesehatan lainnya seperti mobil ambulan untuk dibawa ke perbatasan.

Wartawan ANTARA, Andi Jauhari, Rabu subuh atau pukul 10:30 WIB, di Kairo, Mesir, melaporkan mengenai dibutuhkannya tenaga dokter spesialis lebih banyak di Gaza itu dari Nurazzam, staf "Medical Emergency Resque Commitee"(MER-C) Malaysia, saat bertemu Presidium "Medical Emergency Resque Commitee" (MER-C) Indonesia, dr Jose Jurnalis, untuk membicarakan mekanisme bantuan kemanusiaan Indonesia bisa masuk Gaza.

Dalam pertemuan itu, Joser Rizal Jurnalis yang didampingi tim MER-C Indonesia antara lain Ir Faried Talib dan dr Indragiri, banyak menggali informasi karena pada Selasa (6/1) MER-C Malaysia telah masuk ke perbatasan Mesir-Gaza melalui pintu Rafah dan sudah bisa mengirimkan sejumlah bantuan untuk warga Palestina di Jalur Gaza, meski harus melalui pemeriksaan di pos-pos penjagaan yang sangat ketat.

Setelah mendapat gambaran, maka pihaknya akan melakukan rencana-rencana baru, terkait dengan perkembangan yang terjadi guna menyusun rencana untuk membawa masuk bantuan obat-obatan yang sudah disiapkan.

Kepala Pusat Pengendalian Krisis (PPK) Depkes dr Rustam S Pakaya memimpin delegasi Indonesia dalam tim kemanusiaan Indonesia guna memberikan bantuan kepada rakyat Palestina, khususnya Jalur Gaza, saat ditanya mengenai kebutuhan tersebut menegaskan pemerintah Indonesia siap membantu untuk tenaga yang dibutuhkan.

"Kita punya dokter-dokter spesialis yang tersebar di berbagai rumah sakit, dan tentu siap untuk membantu," katanya.

Bahkan, kata dia, ia bersama Direktur Urusan Timur Tengah Deplu RI, Aidil Chandra Salim telah bertemu dengan Palang Merah Mesir untuk menegaskan bahwa tak hanya tenaga dokter, baik umum maupun spesialis, yang siap diperbantukan untuk tugas kemanusiaan di Gaza, Indonesia juga sudah siap untuk mendirikan rumah sakit (RS) lapangan di Rafah, perbatasan Mesir dan Jalur Gaza.

"Namun, Palang Merah Mesir menyatakan bahwa pada radius 2 Km di perbatasan, Israel menyatakan bahwa zona itu adalah zona militer, sehingga situasinya menjadi lebih sulit," katanya.

Hanya saja, meski demikian seperti yang pernah dinyatakan Menkes Siti Fadilah Supari bahwa penjajakan pendirian RS lapangan itu, tetap menjadi pilihan, namun tetap disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang di Gaza.

"Karena bila ada rumah sakit lapangan, maka tenaga kesehatan kita bisa bekerja lebih efektif guna membantu korban rakyat Palestina yang luka dan memerlukan perawatan," kata Rustam S Pakaya.


Korban terus bertambah

Sementara itu, laporan dari kantor berita transnasional menyebutkan bahwa pada hari ke-11 serangan ke Gaza, tentara Israel mendapat perlawanan sengit di kota Gaza dan Hamas makin jauh menembakkan roket ke dalam wilayah Israel.

Namun, AFP melaporkan, jumlah warga Palestina yang menjadi korban serangan Israel terus bertambah dan kini sudah lebih dari 660 jiwa dan 2.950 cedera.

Negara-negara Arab mendesak lahirnya Resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk serangan itu.

PBB menuntut penyelidikan atas sekolah UNRWA (badan PBB untuk bantuan Palestina) yang dihancurkan tank dan pesawat Israel.

Setidak-tidaknyanya 43 orang sedang mengungsi di sekolah Jabaliya di utara Gaza terbunuh, kata pihak layanan darurat.

PBB menyatakan sedikit-dikitnya 30 tewas dan 55 luka. Sebelumnya, dua warga Palestina tewas ketika sebuah bom menghantam sekolah di Khan Yunis, Gaza selatan. Tiga lainnya tewas dalam serangan udara ke sekolah Shati di kamp pengungsian di Gaza.

Koordinator Kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina Maxwell Gaylard mengatakan Israel telah memiliki koordinat GPS (global positioning system) atas semua bangunan PBB di Gaza - termasuk sekolah-sekolah.

"Rumah maupun tempat penampunan PBB sudah tidak aman bagi rakyat sipil," katanya, seraya menyerukan adanya penyelidikan atas kasus tersebut.

"Jika hukum kemanusiaan internasional sudah dilanggar, pelakunya arus dimintai pertanggungjawaban," katanya.

Pertempuran sengit terjadi di Kota Gaza dan sekitarnya yaitu di Deir al-Balah serta Bureij. Satu serangan udara Israel menewaskan 12 orang dari suatu keluarga besar, tujuh di antaranya masih anak-anak.

Militer Israel mengatakan 35 roket Hamas ditembakkan ke wilayah mereka dan satu yang paling jauh masuk hingga 45 kilometer dari perbatasan. (*)

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Copyright © ANTARA 2009