Ditemui di kampus Untag, Selasa, Afis menjelaskan yang melatarbelakangi dibuatnya aplikasi ini karena banyak nelayan yang telah menggunakan telepon genggam pintar berbasis android, sehingga nelayan akan mudah menjangkau dan menggunakannya.
"Sebenarnya teknologi Fish Finder itu sudah ada cuma harganya cukup mahal, yakni mencapai puluhan juta rupiah. Sehingga, saya mencoba mengembangkan yang terjangkau untuk nelayan," kata Afis di Surabaya.
Afis menjelaskan penggunaan smartphone ialah sebagai pengganti posisi GPS Garmin dalam membaca hasil pembacaan sensor fish finder.
Selain itu, dengan teknologi bluetooth yang cukup canggih dapat menghemat biaya pengeluaran nelayan karena tidak perlu membeli pulsa paketan untuk menghubungkannya dengan alat pembaca lokasi ikan.
"Merakit alat ini dibutuhkan dana sekitar Rp5 juta. Itu untuk kamera Go Pro dan sensor ardiuno," ujarnya.
Sedangkan di androidnya terdapat tiga informasi. Pertama grafik permukaan dasar air, kedua kontrol kamera, dan kontrol frekuensi pemanggil ikan yang menggunakan sensor sonar dan buzer 5 volt dan bisa memanggil ikan maksimal hingga 30 meter.
"Untuk pemakaiannya, alat ini cukup dipasang di dasar atau samping perahu. Dengan sendirinya alat ini bisa mendeteksi keberadaan ikan di lokasi nelayan yang sedang berhenti," tandasnya.
Sementara itu sonar sensor berguna untuk memanggil ikan, sehingga teknologi ini dapat membantu meningkatkan hasil tangkapan ikan nelayan.
Pewarta: Indra/Willy
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017