"Konsensus mengenai suku bunga AS yang diproyeksikan tidak akan berubah menjadi salah satu faktor yang menekan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia," kata Market Research FXTM (ForexTime) Jameel Ahmad di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa kebijakan Presiden AS Donald Trump yang telah dikeluarkan dan cenderung memicu kemarahan seperti membangun dinding perbatasan, melarang masuknya warga negara tertentu, serta memulai perang perdagangan membuat persepsi negatif tentang ekonomi AS.
"Investor dengan cepat memperhitungkan potensi dampak kebijakan itu," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS yang terdepresiasi itu juga karena data produk domestik bruto (PDB) AS pada periode kuartal empat yang sebesar 1,9 persen, menurun dibandingkan periode sebelumnya 3,5 persen.
"Perekonomian AS melambat di kuartal keempat mencerminkan rintangan besar yang harus dihadapi pemerintahan baru di bawah kepemipinan Presiden Donald Trump," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.343 dibandingkan Senin (31/1) Rp13.335.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017