Aliansi Pekerja Taksi New York dengan cepat menunjukkan dukungannya, menyerukan di media sosial supaya para pengemudi menghindari Bandara Internasional John F Kennedy antara pukul 6 dan 7 petang waktu setempat.
Sementara Uber, menunjukkan pendekatan publik yang berbeda dengan mengatakan melalui Twitter pada pukul 7.36 petang mereka menurunkan harga dengan menghilangkan "kenaikan harga" di sekitar Bandara JFK. Alhasil akan membuat waktu tunggu lebih lama.
Meski pengumuman soal kenaikan harga itu dikeluarkan pasca-pemogokan taksi yang sudah dijadwalkan, banyak orang di media sosial menganggap Uber berusaha membubarkan aksi unjuk rasa dan pura-pura mendukung-atau setidaknya mencoba ambil untung dari "larangan Muslim-nya Trump".
Akibatnya, tagar #DeleteUber atau #HapusUber menjadi viral di Twitter, orang-orang mengunggah jepretan layar saat mereka menghapus aplikasi Uber dari ponsel mereka.
Pihak Uber mengatakan mereka tak mencoba mendukung putusan Trump, membubarkan massa atau ambil untung.
"Kami mohon maaf atas terjadinya kebingungan soal Tweet barusan-kami tak bermaksud membubarkan unjuk rasa manapun," kata perusahaan pada Business Insider dilansir xox.com. "Kami ingin orang-orang tahu kalau Uber ke dan dari JFK memberlakukan tarif normal, khususnya semalam."
Sementara perwakilan Uber mengatakan pada Fortune: "keputusan meniadakan kenaikan harga khususnya dibuat untuk menghindari pengambilan untung dari tingginya permintaan selama protes. Perusahaan sebelumnya juga melakukan komitmen yang sama saat ada bencana alam, setelah dituduh ambil untung oleh pengemudi di saat-saat genting seperti itu."
"Sebelum adanya aksi unjuk rasa, CEO Uber Travis Kalanick berkomentar melawan putusan Trump di facebook. Dia mengatakan perusahaan akan mengompensasi dengan uang kerugian para pekerja. Artinya mereka yang ada di luar negeri dan tak bisa masuk AS selama setidaknya tiga bulan selama larangan diberlakukan.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017