Jakarta (ANTARA News) - Ruang penerimaan tamu hotel berbintang yang berjejer di kawasan wisata Nusa Dua, Jimbaran dan sekitarnya, di Kabupaten Badung, Bali itu, ditata sedemikian rupa tampak unik dan menarik dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2568.
Selain hotel, rumah umat Khonghucu, wihara, kelenteng, dan kuil juga dihias sedemikian rupa bernuansa Imlek jauh hari sebelumnya. Prosesi barongsai dan naga yang dikemas dalam atraksi unik dan menarik mengawali perayaan Tahun Baru Imlek di kawasan wisata Kuta dan sekitarnya pada Jumat petang (27/1), sehari menjelang Imlek.
Prosesi berjalan mengelilingi Vihara Dharmayana dan jalan-jalan protokol di kawasan Kuta dan sekitarnya melibatkan lima barongsai serta dua naga dari puluhan koleksi barong dan naga.
Hubungan kerja sama antara Tiongkok dengan Indonesia, khususnya Bali, sebenarnya telah terjalin erat sejak abad XII. Sisa-sisa hubungan akrab itu bisa dijumpai hingga sekarang antara lain dalam bentuk pementasan kesenian, tempat suci, maupun arsitektur bangunan yang berciri khas negeri "Tirai Bambu" itu.
Bahkan penggunaan uang Tiongkok (pis bolong) dalam berbagai ritual keagamaan umat Hindu di "Pulau Dewata" hingga kini masih berlaku.
"Akulturasi seni budaya negara itu dengan seni budaya Bali terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat yang dapat memperkokoh kehidupan seni budaya Bali yang diwarisi secara turun temurun," tutur pengamat agama dan adat Dr I Ketut Sumadi.
Sumadi yang juga Direktur Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar itu, menilai akultutasi seni budaya Tiongkok dengan seni budaya Bali menyangkut berbagai aspek kehidupan, namun sulit dibayangkan prosesnya karena sudah terjadi beberapa abad yang silam.
Akulturasi itu antara lain menyangkut proses berkesenian dan berbudaya masyarakat yang dapat dibuktikan seperti dalam tari Baris China, Patra China, Barong Landung, dan penggunaan uang kepeng (pis bolong) perlengkapan berbagai ritual dan adat di Bali.
Peradaban bangsa Tiongkok sebelum Masehi lebih tinggi dari masyarakat Bali, sehingga secara hipotesis, masyarakat yang peradabannya lebih rendah akan mengadaptasi ilmu pengetahuan maupun teknologi dari berperadaban lebih tinggi.
Atas dasar itu pula masyarakat Tiongkok kini semakin banyak berwisata ke Indonesia, khususnya Bali, termasuk dalam merayakan Tahun Baru Imlek 2568.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho menjelaskan jumlah wisatawan Tiongkok berkunjung ke "Pulau Dewata" 907.028 orang selama Januari-November 2016, meningkat 41,28 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 642.000 orang.
Kunjungan masyarakat negeri "Tirai Bambu" itu mampu memberikan andil 20,22 persen dari total wisman yang berkunjung ke Bali 4,48 juta orang. Tiongkok menempati peringkat kedua setelah Australia dari 10 negara terbanyak yang memasok turis ke "Pulau Dewata".
Australia berada di peringkat teratas masyarakatnya yang berwisata ke Bali tercatat 1,04 juta orang, meningkat 19,46 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 876.748 orang.
Jumlah wisatawan Tiongkok yang berbondong-bondong menikmati liburan ke Pulau Bali, bisa menyalip pelancong asal Australia yang selama ini menempati urutan teratas.
"Kehadiran wisatawan Tiongkok ke Bali bisa lebih banyak dari masyarakat Australia, jika transportasi udara dari negeri Tirai Bambu ke Bandara Ngurah Rai semakin lancar," ujar pengamat pariwisata Bali, Tjokorda Gde Agung.
Sepak terjang perusahaan penerbangan nasional negeri itu, yakni Garuda Indonesia dengan memusatkan perhatiannya terhadap lintasan penerbangan Tiongkok-Denpasar, Bali pergi-pulang (PP) sudah dapat dipastikan memberikan hasil gemilang.
Adanya angkutan udara relatif lancar menyebabkan angka peningkatan jumlah kunjungan turis asing asal Tiongkok ke Bali cukup tinggi, yakni mencapai 41,28 persen, persentase tertinggi kedua setelah India yang meningkat 60,59 persen.
Ikuti aturan
Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (Konjen RRT) di Denpasar, Hu Yinquan, minta warganya berwisata mengikuti aturan yang berlaku dan jika ada warga Tiongkok yang melakukan penyalahgunaan kunjungan wisata sepenuhnya diserahkan penanganannya sesuai aturan Pemerintah Indonesia.
Pihaknya tetap tunduk kepada aturan pemerintah setempat, bahkan sudah bekeja sama dengan Permerintah Indonesia dalam penanganan kasus seperti itu. Terlebih jika ada warganya yang melakukan pelanggaran, semisal penyalahgunaan kunjungan wisata, tetapi mereka sebagai pekerja.
Pemerintah RRT sudah melakukan sosialisasi kepada warganya jika melakukan kunjungan wisata agar tertib dan mengikuti aturan, sehingga tidak sampai menimbulkan permasalahan di negara tujuan.
Langkah-langkah sosialisasi agar tertib dalam berkunjung ke tempat wisata sudah dilakukan di negaranya sehingga tidak sampai bermasalah di negara yang dikunjungi.
Kunjungan wisatawan RRT ke Bali setiap tahunnya mengalami pertumbuhan signifikan, sebab di Bali cukup banyak objek wisata seni dan budaya. Apalagi di pulau itu ada persamaan kebudayaan yang sudah terjalin sejak zaman dahulu.
Salah satu contoh, kata Hu Yinquan, peradaban budaya Bali dengan Tiongkok yang diangkat dalam cerita Bali Agung, yakni perkawinan Sri Jaya Pangus dengan Kan Cing Wie (putri Tiongkok).
Dengan demikian, bagi warga Tiongkok yang berkunjung ke Bali memiliki kenangan sendiri. Mereka merasakan datang ke rumahnya sendiri dan hal itu menjadi kesan sendiri.
Hal itu juga menjadi bagian upaya promosi pariwisata agar warganya banyak datang ke Bali, begitu juga sebaliknya warga Indonesia melakukan wisata ke Tiongkok.
Hu Yinquan juga sempat menyaksikan penandatanganan naskah kerja sama antara Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua (STPND) Bali dengan kampus Luohe Vacational Technology College dari negeri "Tirai Bambu" tersebut.
Hal itu, sebagai upaya meningkatkan hubungan kerja sama bidang pendidikan pariwisata, antara kedua negara. Naskah kerja sama keduanya ditandatangani oleh Ketua STPND Bali, Drs. Dewa Gde Ngurah Byomantara, M.Ed. bersama Direktur Luohe Vacational Technology College, Wang Bianqi, di Denpasar, Kamis (26/1).
Pihak konsulat hanya menghubungkan kedua lembaga tersebut, karena dinilai memiliki kesamaan visi dan kualitas pendidikan. Untuk itu, pihaknya mendorong kolaborasi yang menghasilkan banyak kerja sama yang saling menguntungkan.
Ketua STPND Bali Dewa Gde Ngurah Byomantara mengatakan pihaknya akan mengadakan kerja sama yang mengutamakan pendidikan dan penelitian. Kerja sama bidang pendidikan mengenai pertukaran mahasiswa, dosen, kurikulum, dan pelatihan.
Untuk itu, pihaknya juga telah menerima dosen bahasa Mandarin dengan biaya ditanggung penuh oleh pemerintah RRC, selain tempat tinggal.
Direktur Luohe Vacational Technology College Wang Bianqi mengharapkan pihak kampus STPND Bali dapat datang ke kampusnya untuk melihat secara langsung aktivitas perguruan tinggi itu.
Upaya tersebut untuk mempermudah kerja sama yang bisa saling menguntungkan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang diperlukan dalam dunia industri.
Pihaknya menerapkan kurikulum yang menyesuaikan dengan kebutuhan industri sehingga 96 persen terserap menjadi tenaga kerja dan sisanya yang empat persen menjadi pengusaha yang didukung pula oleh pemerintah dalam pengembangannya.
Oleh i ketut sutika
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017