Menurut dia, mereka yang berdakwah dengan kekerasan dan memusuhi seni budaya lupa dengan sejarah hadirnya Islam di bumi Nusantara.
"Dakwah Wali Songo dengan cara damai, menggunakan rasa dan seni. Medianya berupa wayang dan suluk-suluk yang menguatkan rasa," kata Said Aqil di Jakarta, Sabtu.
Ia menilai fenomena keagamaan mutakhir menunjukkan gejala semakin mengerasnya kelompok Muslim radikal. Mereka mengabaikan tradisi-tradisi yang selama ini menjadi strategi dakwah.
Menurut dia, para pendakwah perlu belajar strategi dakwah Wali Songo yang kemudian terus dipraktikkan oleh para kiai pesantren.
"Strategi Wali Songo dan kiai-kiai pesantren berhasil mengislamkan orang kafir. Ini sudah terbukti, bukan malah mengkafir-kafirkan orang," kata dia.
Menurut penyandang gelar doktor dari Universitas Ummul Qura, Mekkah, Arab Saudi itu, memahami cara dakwah Wali Songo harus bertahap hingga komprehensif.
"Dakwah para wali itu merangkul, bukan memukul. Misalnya, mereka yang suka selamatan diajak selamatan dulu, yang kemudian diisi dengan ritual Islam, membaca ayat-ayat Al-Quran dan shalawat. Wayang juga sama, ada pesan tentang syahadat dan ajaran Islam," kata dia.
Said Aqil juga menekankan pentingnya fikih, akhlak, dan tasawuf sebagai rangkaian yang tidak bisa putus. Menurut dia, dengan memahami hukum Islam, teladan sikap Rasulullah dan puncak spiritualitas, maka Islam akan menjadi agama yang sejuk dan ramah, bukan agama yang mengerikan.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017