Surabaya (ANTARA News) - Jebloknya prestasi Persekabpas Pasuruan pada putaran pertama Liga Indonesia 2007 dengan berada di zona degradasi, membuat Edi Simon Badawi memilih mundur dari jabatan pelatih. Keputusan mundur itu dikabarkan sudah disampaikan Edi Simon usai timnya dikalahkan PSM Makassar 0-2 pekan lalu, namun belum disampaikan secara resmi kepada publik. "Saya merasa gagal menangani tim dan saya memutuskan untuk mundur demi kebaikan Persekabpas kedepan," ucapnya saat dihubungi wartawan. Edi Simon direkrut manajemen menggantikan posisi pelatih lama Subangkit yang tidak diperpanjang kontraknya, meski sukses mengantar Persekabpas menembus babak empat besar Liga Indonesia 2006. Pada awal kompetisi, penampilan "Laskar Sakera" masih menjanjikan. Namun di pertengahan hingga akhir putaran pertama, penampilan Persekabpas makin menurun. Hingga akhir putaran pertama, Persekabpas terpuruk di posisi 17 atau zona degradasi dengan mengemas 14 poin, hasil dari tiga kali menang, lima seri dan delapan kali kalah. Prestasi itu jauh menurun dibanding musim 2006 saat ditangani Subangkit, dimana hingga akhir putaran pertama mampu menyodok di papan atas. Bahkan, musim lalu Persekabpas sukses menembus babak delapan besar untuk pertama kalinya selama keikutsertaannya di Liga Indonesia, meski gagal lolos ke final. Hengkangnya sejumlah pemain pilar, seperti Zah Rahan dan Siswanto menjadi salah satu penyebab merosotnya kekuatan Persekabpas musim ini. Selain itu, keterbatasan dukungan dana dari APBD Kabupaten Pasuruan juga menyulitkan manajemen Persekabpas mencari pemain bagus dan berkualitas. "Saya berharap, pelatih pengganti nanti bisa membawa Persekabpas lebih baik. Saya minta maaf kepada seluruh masyarakat dan bupati pasuruan," ujar Edi Simon. Ia belum memutuskan akan melatih tim mana setelah lengser dari Persekabpas, karena masih ingin istirahat dan berkumpul dengan keluarga. Asisten Pelatih Persekabpas, Udik Djanuantoro yang dikonfirmasi terpisah membenarkan perihal pengunduran diri Edi Simon. "Kalau memang itu keputusan terbaik bagi Pak Edi Simon, kami dengan berat hati tidak bisa menolak. Meski kami masih membutuhkan tenaganya," paparnya. Sama dengan Persebaya Terpuruknya prestasi Persekabpas di putaran pertama musim ini, tidak jauh beda dengan yang dialami juara dua kali Liga Indonesia, Persebaya. Meski mendapat dukungan dana APBD sebesar Rp17,5 miliar --Rp15 miliar khusus untuk tim-- Persebaya justru gagal merekrut pemain bagus, dan menjadi bulan-bulanan tim lain di wilayah timur. Dengan masih menyisakan satu laga tunda melawan tuan rumah Perseman Manokwari, pasukan "Green Force" kini terpuruk di papan bawah klasemen sementara dengan enam kali menang dan 10 kekalahan. Tekanan suporter agar manajemen mencopot pelatih Ibnu Grahan dan manajer Lilik Soehartojo beberapa waktu terakhir makin gencar. Bahkan sejumlah elemen suporter Persebaya sempat demo pascakekalahan memalukan 0-3 dari Persiba Balikpapan pekan lalu. Namun, pelatih Persebaya Ibnu Grahan tidak bersedia untuk mundur dari jabatannya, meski mengakui kinerjanya belum maksimal. Alasan yang dipakai Ibnu Grahan bukan karena gagal menangani tim, tapi lebih pada keberatan mengembalikan uang kontrak sebesar dua kali lipat dari yang diterimanya jika memilih mundur. "Kalau saya harus mundur, berarti saya harus mengembalikan dua kali lipat uang kontrak yang telah diterima, sesuai klausul kontrak yang saya tandatangani. Itu yang membuat saya keberatan," ucapnya. Namun demikian, Ibnu Grahan menyatakan siap jika manajemen tim memutuskan pergantian dirinya. "Kalau putaran kedua nanti saya berubah posisi jadi asisten pelatih atau pembantu umum, saya siap," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007