Agus dalam diskusi di Jakarta, Jumat, mengatakan asap rokok yang menempel dan menetap di berbagai benda seperti baju, topi, sofa, gorden, dan karpet bisa membahayakan orang di sekitar yang menghirupnya apabila terus terakumulasi.
Ia menjelaskan mengenai "third hand smoke" yaitu orang yang menghirup zat-zat berbahaya dari benda-benda yang terpapar asap rokok. Sementara "second hand smoke" ialah perokok sekunder atau orang yang menghirup langsung asap rokok dari perokok di sekitarnya, juga biasa disebut perokok pasif.
"Kalau terakumulasi bisa menyebabkan berbagai penyakit berbahaya," kata Agus.
Dia memaparkan benda yang tertempel oleh nikotin harus segera dibersihkan, karena apabila dibiarkan zat berbahaya itu akan bertahan berbulan-bulan.
"Menghilangkan nikotin itu sulit lho. Kalau menempel di tembok itu harus benar-benar, dikerok, sampai dicat ulang," kata dia.
Agus menjelaskan penelitan RSUP Persahabatan baru-baru ini di wilayah Jakarta Timur yang menyebutkan anak-anak dan ibu yang tinggal serumah dengan ayah yang merokok memiliki kadar nikotin dalam urine lebih tinggi empat sampai lima kali lipat dibanding dengan keluarga bukan perokok.
Jika berkesinambungan terpapar asap rokok baik secara langsung maupun tidak, orang bisa kena penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), jantung, kanker, stroke, dan lainnya.
Penyakit yang timbul karena disebabkan terpapar asap rokok secara langsung atau tida, kata Agus, biasanya muncul setelah 10 tahun.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017