Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin pagi, merosot tajam 18 poin menjadi Rp9.085/9.090 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu pada posisi Rp9.067/9.090, menyusul aksi lepas rupiah pelaku lokal/ Analis Valas PT Panin Securities, Luki Arya Tama, di Jakarta, mengatakan rupiah melemah karena pelaku pasar melakukan aksi lepas untuk mencari untung (profit-taking) setelah pada pekan lalu mampu bertahan di bawah level Rp9.100 per dolar AS. "Kami optimis rupiah akan kembali menguat yang didukung oleh aktifnya pelaku asing bermain di pasar saham dan pasar uang," katanya. Apalagi, lanjutnya, indeks harga saham gabungan diperkirakan akan masih bergerak naik lagi, setelah pekan lalu berhasil mencapai level 2.000 poin yang merupakan rekor baru. Karena itu, peluang rupiah untuk menguat masih besar, apalagi data ekonomi AS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi cenderung melambat yang sangat mengkhawatirkan negara-negara Asia, karena AS adalah negara tujuan ekspor mereka yang potensial, katanya. Rupiah, lanjut dia, sebelumnya sempat mencapai level tertinggi pada Rp9.063 per dolar AS, akibat dolar AS yang terus tertekan oleh sejumlah mata uang utama regional. Namun sejak saat itu rupiah merosot hingga di atas level Rp9.080 per dolar AS, bahkan sempat mendekati level Rp9.100 pada posisi Rp9.090 per dolar AS, katanya. Meski demikian, menurut dia, rupiah tidak akan melewati angka batas psikologis Rp9.100 per dolar AS, karena Bank Indonesia (BI) akan menjaga agar mata uang lokal itu tetap pada kisaran antara Rp9.000 hingga Rp9.100 per dolar AS. Melambatnya pertumbuhan ekonomi AS mengakibatkan dolar AS sedikit berubah dari 118,60 menjadi 118,55, euro turun jadi 162,88 atau melemah 0,2 persen dan euro terhadap dolar AS jadi 1,3627. Dikatakannya rupiah pada sesi sore diperkirakan akan kembali menguat, karena sentimen positif pasar masih tetap mendukungnya, meski saat ini terkoreksi karena aksi ambil untung. "Kami optimis rupiah akan menguat karena investor asing masih tetap menggunakan dana jangka pendeknya di pasar saham dan pasar uang, melihat potensi pasar di dalam negeri masih memberikan keuntungan," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007