80.000 anak-anak di India hilang setiap tahunnya. Film "Lion" kemudian berinisiasi untuk membantu anak-anak di India dan seluruh dunia yang bernasib sama dengan Saroo
Jakarta (ANTARA News) - Dalam bahasa Hindi, sheru berarti singa/ lion. Sheru juga memiliki arti lelaki pemberani. Arti kata tersebut nampaknya sesuai dengan kisah hidup pria bernama Saroo Brierly yang memiliki nama asli Sheru Munshi Khan.
Lahir di Ganesh Talai, Khandwa, India, Saroo tinggal bersama ibu, kakak laki-laki, Guddu, dan adik perempuannya dalam kemiskinan. Pada usia lima tahun, Saroo sudah harus bekerja untuk makan dan mencari uang.
Suatu ketika Saroo tidak sengaja tertidur di kereta barang yang membawanya pergi jauh menempuh perjalanan 1.500 kilometer dari kampung halamannya.
Di Kolkata, Saroo hidup di sekitar stasiun kereta api, dia bertahan hidup dengan mencari sisa-sia makanan dan tidur di jalanan. Dia kemudian dibawa ke panti sosial dan pindah ke lembaga adopsi di mana akhirnya dia diadopsi oleh keluarga Brierley di Hobart, Tasmania, Australia.
Dua puluh lima tahun berlalu, Saroo berusaha mencari kampung halamannya untuk bertemu dengan ibu biologisnya. Pada 2012 dia menyelesaikan buku yang menceritakan kisah hidupnya berjudul "A Long Way Home". Buku tersebut kemudian diadaptasi dalam film "Lion".
Saroo berusia lima tahun yang diperankan oleh Sunny Pawar (kanan) dalam satu adegan di film "Lion". (ANTARA News/handout)
Sang sutradara Garth Davis membuka awal cerita dengan panorama India. Film dimulai pada 1986 saat Saroo berusia lima tahun (Sunny Pawar). Sunny Pawar berhasil mencuri perhatian melalui aktingnya yang sangat natural.
Bocah yang kini berusia delapan tahun (berusia enam tahun saat casting) itu rasanya dapat dengan mudah membuat penonton jatuh cinta kepadanya dan juga jatuh dalam cerita aslinya.
Langkah kaki dan tatapan mata Pawar betul-betul dapat menyampaikan perjuangan, ketakutan sekaligus keberanian Saroo menjalani kehidupannya saat harus bertahan hidup di Kolkata di mana Davis membawanya ke layar lebar dengan sangat jujur.
Pawar juga mampu menunjukkan rasa terisolasi Saroo dalam hal komunikasi di mana dia hanya bisa berbicara bahasa Hindi di tengah masyarakat yang menggunakan bahasa Bengali.
Keberadaan Pawar sebagai titik kecil di tengah luasnya dunia yang penuh dengan orang asing digambarkan Davis dengan sangat natural. Davis juga menampilkan kejahatan yang dapat menimpa anak-anak di jalanan.
Buku diadaptasi dengan sangat apik dalam skenario ketika ada orang yang ingin menolong Saroo untuk kembali pulang bertemu ibunya, namun justru ingin memanfaatkan Saroo.
Skenario juga sangat efektif untuk menerjemahkan kebimbangan Saroo saat akhirnya harus menyerah untuk kembali pulang dan bersedia diadopsi. Momen patah hati ini diperkuat dengan simfoni musik latar yang mendalam.
Sinematografi yang indah juga ditampilkan saat Saroo tiba di Australia, bertemu dengan orang tua angkatnya dan memasuki rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya secara perlahan-lahan.
Lagi-lagi, Pawar sukses membawakan adegan yang menggetarkan hati saat Saroo bertemu dengan orang tua angkatnya Sue dan John Brierly yang diperankan Nicole Kidman dan David Wenham, di mana akting keduanya juga patut diacungi jempol.
Dua puluh tahun berselang, Saroo (Dev Patel) tumbuh sebagai anak yang membanggakan bagi keluarga Brierly, sementara saudara angkatnya, Mantosh, masih trauma dengan masa kecilnya.
Perbedaan karakter antara Saroo dan Mantosh diperlihatkan dengan jelas melalui skenario. Sensitifitas sutradara juga patut diapresiasi saat mengarahkan para aktor, khususnya Kidman, mendalami karakter yang diterjemahkan dalam emosi.
Ketika Saroo ke Melbourne untuk belajar manajemen hotel, dia jatuh hati pada gadis keturunan Amerika; Lucy (Rooney Mara). Dia juga bertemu dengan teman-teman asal India, yang memiliki ide untuk menjajaki kampung halamannya lewat teknologi Google Earth.
Patel bisa dibilang memiliki sumbangsih besar membawa suasana perjuangan Saroo menemukan kampung halaman sekaligus "ke-galau-an" di antara ibu biologis dan ibu angkat, sedangkan Kidman menggambarkan kepedihan seorang ibu saat dihadapkan dengan perilaku buruk anak angkatnya Mantosh.
Sementara Saroo bergulat dengan memori masa kecilnya untuk menemukan ibu kandung, kakak laki-laki dan adik perempuannya, sang kekasih yang awalnya mendukung dia perlahan menjauhinya.
Elemen-elemen tersebut membuat "Lion" sah menjadi film drama. Ditambah, kepiawaian Davis dalam mengaduk-aduk emosi menjadikan film tersebut sulit untuk ditonton tanpa meneteskan air mata.
Wajar jika "Lion" diunggulkan dalam enam kategori Academy Awards 2017 yaitu film terbaik, aktor pendukung terbaik (Dev Patel), aktris pendukung terbaik (Nicole Kidman), skenario adaptasi terbaik (Luke Davies), sinematografi terbaik (Greig Fraser) dan musik latar terbaik (Dustin Dustin O'Halloran dan Hauschka).
Baca juga: "Lion" masuk Academy Awards, ini tanggapan Saroo
(Saroo Brierly (paling kiri) bersama para pemain "Lion")
Baca juga: Saroo puji akting Dev Patel dalam "Lion"
Setelah bertemu ibu kandungnya, Saroo memutuskan untuk tetap tinggal di Hobart, Tazmania, Australia. Dalam temu media peluncuran perdana "Lion" di Festival Sinema Australia Indonesia, Saroo mengaku pernah mempertimbangkan untuk membawa ibu kandungnya ke Australia.
"Tapi ibu tinggal di sana sudah sangat lama, saya pikir transisi akan susah bagi dia, saya juga tidak ingin memisahkan dia dari kampung halamannya, dari teman-temannya, saya pikir sedikit jahat untuk melakukannya," ujar Saroo, di Jakarta, Kamis (26/1).
"Memang terdengar bagus, tapi berkunjung 3-4 kali setahun itu menurut saya lebih baik. Ibu memang mau tapi dia tidak menyadari bahwa itu perjalanan panjang , dia tidak pernah di berada di dalam pesawat belasan jam, dan budaya di Australia juga sangat berbeda. Jadi saya yang membawa Australia kepada ibu dengan kisah yang saya ceritakan," sambung dia.
Sejak empat tahun, setelah bertemu dengan ibunya, Saroo mengatakan telah kembali ke India sebanyak 14 kali. Di akhir film diperlihatkan, Saroo bahkan membawa ibu angkatnya untuk bertemu ibu kandungnya.
"Lewat translator saya berbicara kepada ibu saya bagaimana penampilan saya dulu, apa yang sudah kami lewati, kami masih dalam proses mengenal satu sama lain, walaupun perlahan-lahan, ikatan itu ada," kata Saroo.
"Dia senang, dia sekarang tahu nomor telepon saya, di mana saya hidup, saya juga sangat bersyukur dia masih hidup," lanjut dia.
Sementara itu, meski telah bertemu dengan ibu kandungnya, Saroo mengatakan tidak ada yang berubah dari hubungannya bersama ibu angkatnya.
"Hobart, Tazmania, bagi saya tempat yang aman, di sana ada hati saya dan di sana ada orang yang membesarkan saya, dan apa yang terjadi sekarang tidak akan mengubah apa pun," ujar Saroo.
Teks pada layar di akhir film mengungkapkan bahwa 80.000 anak-anak di India hilang setiap tahunnya. Film "Lion" kemudian berinisiasi untuk membantu anak-anak di India dan seluruh dunia yang bernasib sama dengan Saroo.
"Kami berkolaborasi dengan organisasi untuk mendukung anak-anak di India dan di seluruh dunia. Masukkan email Anda di atas untuk melihat bagaimana film ini membantu melindungi anak-anak jalanan dan bagaimana Anda dapat membantu kami dalam membuat perbedaan," tulis situs lionmovie.com.
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017