"Pada hari ini (26/1) memang saya sengaja mendatangi untuk nyekar (ziarah) ke makam pendahulu TNI AU, tokoh TNI AU, yaitu Bapak Marsda TNI Agustinus Adisutjipto dan Marsda TNI Abdulrachman Saleh," kata Tjahjono, usai berkunjung ke Monumen Ngoto, Kamis.
Menurut dia, sebagai "orang timur", sebagai orang Indonesia harus selalu menghargai orang tua dan tokoh pendahulu. Orang tua dan pendahulu, katanya, harus dimuliakan sebelum generasi penerus melangkah, melaksanakan suatu pekerjaan.
"Yang tentunya dengan kita bersilaturahmi, kita mendatangi yang sudah meninggal atau ziarah kuburnya, yang masih hidup kita datangi rumahanya dengan harapan diberikan kemudahan untuk melaksanakan kegiatan pekerjaan itu," katanya.
Dengan mendatangi makam tokoh pendahulu TNI AU itu, katanya, mudah-mudahan generasi penerus bisa mengenang lagi apa yang dicita-citakan almarhum, yaitu kejayaan AU demi tegaknya Indonesia.
"Kita harus berani mengubah apabila tidak sesuai dengan keinginan dan cita cita beliau. Adalah menjadikan TNI AU yang siap sedia apabila diperlukan TNI AU yang modern tidak kalah dengan negara lain," katanya.
Pada kesempatan itu, ia menyebut tentang pembangunan TNI AU pada masa mendatang.
"Tentunya disesuaikan dengan anggaran yang ada, namun yang jelas kita akan membangun infrastruktur, membangun sistem supaya tercapai apa yang jadi cita-cita dan tujuan dari para pendahulu TNI AU," katanya.
Usai melakukan ziarah ke makam tokoh TNI AU, rombongan Tjahjono melihat deskripsi dan relief yang didalamnya terdapat rangkaian tragedi jatuhnya pesawat DC-3 Dakota nomor registrasi VT-CLA akibat serangan pesawat Belanda pada 29 Juli 1947.
Monumen Perjuangan TNI AU dahulu disebut Monumen Ngoto dibangun AURI pada 1 Maret 1948 dengan tujuan mengenang dan memperingati peristiwa sejarah itu.
Pewarta: Heri Sidik
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017