Nusa Dua (ANTARA News) - Setiap negara tidak perlu menunggu waktu hingga pemanasan global terjadi untuk mulai melakukan tindakan pencegahan, kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal itu dikemukakan oleh Presiden Yudhoyono saat membuka sidang majelis Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-116 di Nusa Dua, Bali, Minggu malam. "Sebagai legislator, anda dapat menggunakan kewenangan moral dan politik lembaga anda untuk membujuk pihak-pihak tertentu melakukan sesuatu untuk mengatasi pemanasan global," katanya. Kepala Negara menilai upaya mengatasi pemanasan global merupakan pilar keempat civilisasi, setelah revolusi pertanian, revolusi industri, dan revolusi informasi. Menurut Presiden, negara hutan tropis, seperti Indonesia, Brazil, Kongo, Kostarika, Malaysia, dan Papua Nugini harus melakukan apa pun juga untuk melindungi sumber dayanya yang disebut sebagai paru-paru dunia karena kemampuannya menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Presiden menegaskan upaya terbaik harus diambil untuk menghentikan pembalakan liar dan mencegah kebakaran hutan. Disebutkan juga, bahwa Indonesia berhasil melaksanakan program Jantung Borneo di Kalimantan yang berhasil menciptakan sebuah hutan lindung seluas 220.000 meter persegi di hutan khatulistiwa serta sejumlah satwa liar. "Negara maju juga harus berusaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari industri, mobil, dan rumah tangga," katanya. Negara maju, katanya, juga harus melakukan investasi lebih di teknologi untuk energi bersih dan membagi teknologi itu ke negara berkembang. "Lagi pula, kita telah belajar bahwa sejak (protokol) Kyoto ,kita dapat mengurangi emisi gas rumah kaca tanpa terjadi pengurangan pekerjaan atau kompetisi," katanya. Industri, menurut Presiden. memainkan peran penting dalam mengurangi gas rumah kaca. Kepala Negara mengatakan dampak pemanasan global akan sangat mendasar dan sangat mahal. "Pemanasan global akan mengubah tidak hanya kondisi geografis, tapi juga distribusi populasi manusia," ujarnya. Secar

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007