Nusa Dua (ANTARA News) - DPR memanfaatkan posisinya sebagai tuan rumah Sidang ke-116 Inter-Parliamentary Union untuk mendesak AS bersama sekutunya segera angkat kaki dari Irak, demi kedaulatan negara itu. Sebanyak 1329 politisi anggota parlemen sedunia yang menghadiri upacara pembukaan Sidang ke-116 Inter-Parliamentary Union (IPU, Uni Parlemen Sedunia) sontak memberi tepuk tangan gemuruh selama satu menit atas pernyataan Ketua DPR, Agung Laksono di Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, Bali, Minggu malam. Selain Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang datang untuk membuka resmi sidang parlemen sedunia itu, acara pembukaan ini dihadiri pula Presiden IPU, Pier Ferdinando Casini, Utusan Sekjen PBB Shafqat Kakakhei dan Sekjen IPU Anders B Johnson serta ratusan ketua parlemen berbagai negara. Di hadapan ribuan anggota parlemen dan perutusan lembaga-lembaga internasional yang akan mengikuti Sidang ke-116 IPU (29 April-4 Mei 2007) itu, Agung Laksono juga menilai, ketidakstabilan di Irak merupakan ekspresi kegagalan AS dan sekutunya dalam menyelesaikan tindakannya atas sebuah negara yang berdaulat. "Ini sebuah demand strong(tuntutan keras, red), agar IPU dapat mendesak AS untuk segera menarik diri dari Irak. Karena, sangatlah tidak bermoral manakala kedaulatan sejati yang seharusnya dimiliki rakyat Irak masih dikendalikan oleh kepentingan asing," tegasnya yang sekali lagi membuat ruang BICC itu bergemuruh karena sambutan hangat 1329 delegasi dari 126 negara peserta. Agung yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar itu mengajak IPU, agar selain mendesak AS keluar, meminta pula masyarakat internasional di bawah naungan PBB untuk berperan menjaga stabilitas keamanan dan mengembalikan kedaulatan kepada rakyat Irak. Penyelesaian konflik antarbangsa, demikian Agung Laksono, mestinya diselesaikan dengan cara damai dan melalui proses dialog. "Karena itu, penggunaan kekerasan harus dikecam," tandasnya dengan menunjuk contoh kekerasan terhadap warga sipil yang dilakukan oleh Israel saat melakukan agresi ke Libanon pada tahun 2006 silam. Bagi parlemen Indonesia, lanjutnya, proses perdamaian di Timur Tengah harus menggunakan cara dialog. Demikian pula dengan penyelesaian isu nuklir Iran. Dalam sambutannya yang menarik perhatian hadirin itu, Agung Laksono juga mengungkapkan, ada empat isu penting akan menjadi fokus pembahasan selama ini sidang berlangsung. "Yakni, penghormatan terhadap keragaman, persamaan hak dalam rangka demokrasi dan promosi atas kemajuan demokrasi di seluruh dunia melalui pemilu yang berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi yang universal. Kemudian, isu ekonomi, menyangkot penciptaan lapangan kerja dan standardisasi hak-hak buruh," ungkapnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007