Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak menguat 56 poin menjadi 13.313 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya 13.369 per dolar AS.
"Dolar AS kembali bergerak melemah terhadap mayoritas mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah menyusul kebijakan Presiden AS Donald Trump yang resmi menarik kesepakatan Kemitraan Trans Pasifik (Trans Pacific Partnership/TPP)," ujar Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova.
Menurut dia, dengan Amerika Serikat menarik diri dari TPP, membuat pelaku pasar berekspektasi bahwa ekonomi di negara yang memiliki julukan "Negeri Paman Sam" itu masih akan melambat.
"Amerika Serikat masih memiliki ketergantungan yang besar terhadap perdagangan internasional, dengan keluar dari TPP maka ekonomi AS akan melambat yang akhirnya dapat menahan kebijakan The Fed (bank sentral AS) untuk menaikan suku bunganya," katanya.
Akibatnya, lanjut dia, persepsi itu berdampak pada depresiasi dolar AS. Apalagi, juga beredar kabar The Fed menurunkan proyeksi kenaikan suku bunganya dari tiga kali menjadi dua kali pada tahun ini.
"Sentimen itu juga membuka ruang apresiasi rupiah untuk bergerak ke level 13.200 per dolar AS," ucapnya.
Namun, ia mengharapkan bahwa sentimen eksternal yang cenderung mendukung apresiasi rupiah itu juga diiringi sentimen dari dalam negeri, terutama dari situasi politik dan keamanan.
"Sebagian investor mencermati perkembangan politik dan keamanan, diharapkan tetap kondusif," katanya.
Sementara itu, menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah bergerak menguat menjadi 13.330 per dolar AS, lebih baik dari posisi sebelumnya, Senin (23/1), 13.372 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017