... karena dalam dua tahun terakhir ini Garuda terus fokus pada GCG, renegosiasi kontrak-kontrak perusahaan dan efiensi biaya...Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Arif Wibowo, memastikan kasus suap yang melibatkan pejabat yang dia gantikan di posisi itu, Emirsyah Satar, tidak mengganggu operasionalisasi maskapai penerbangan nasional itu.
Pasalnya, mereka telah mengambil berbagai langkah termasuk menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate government/GCG) di perusahaan.
"Tidak mengganggu, karena dalam dua tahun terakhir ini Garuda terus fokus pada GCG, renegosiasi kontrak-kontrak perusahaan dan efiensi biaya," kata dia, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa.
Menurut dia, sejak dua tahun lalu, manajemen sudah merundingkan ulang besar-besaran terhadap kontrak-kontrak yang ada, termasuk periode 2004-2014.
Ia menjelaskan, secara korporasi mereka telah semaksimal mungkin menerapkan GCG di perusahaan, selain sebagai bagian dari peningkatan performa keuangan perusahaan.
"Kalaupun kasus suap itu benar-benar terbukti, ya bagus juga sebagai pelajaran bagi manajemen untuk menjadi pembatas dalam pengambilan keputusan," ujar Wibowo.
Ia menjelaskan, perundingan ulang dilakukan terhadap kontrak-kontrak Airbus dengan merestrukturisasi biaya armada (fleet cost) meliputi pengadaan pesawat, perawatan pesawat, termasuk tentang mesin pesawat terbang Rolls-Royce serta asuransi pembelian pesawat.
"Dua tahun terakhir Garuda fokus bagaimana biaya armada itu benar-benar kompetitif dan efisien. Garuda harus lebih kompetitif lagi," tegasnya.
Kontrak-kontrak yang dimaksud dia, termasuk pengadaan pesawat periode 2004-2014 ketika perusahaan penerbangan itu masih dipimpin Satar.
Hasil negosiasi kontrak itu menghasilkan efisiensi biaya cukup signifikan total biaya dari perusahaan. "Fleet plan, sudah didisain 10 tahunan. Jadi sampai sekarang ini kami lebih fokus bagaimana tiga komponen biaya, yaitu biaya leasing, biaya asuransi, dan perawatan semuanya direnegosiasi," tuturnya.
"Sesuai arahan ibu Menteri BUMN bagaimana Garuda dalam operasionalnya memiliki integritas tinggi dan GCG yang harus berjalan baik. Ini yang menjadi landasan kita dalam menjalankan perusahaan," ujarnya.
"Tidak mengganggu, karena dalam dua tahun terakhir ini Garuda terus fokus pada GCG, renegosiasi kontrak-kontrak perusahaan dan efiensi biaya," kata dia, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa.
Menurut dia, sejak dua tahun lalu, manajemen sudah merundingkan ulang besar-besaran terhadap kontrak-kontrak yang ada, termasuk periode 2004-2014.
Ia menjelaskan, secara korporasi mereka telah semaksimal mungkin menerapkan GCG di perusahaan, selain sebagai bagian dari peningkatan performa keuangan perusahaan.
"Kalaupun kasus suap itu benar-benar terbukti, ya bagus juga sebagai pelajaran bagi manajemen untuk menjadi pembatas dalam pengambilan keputusan," ujar Wibowo.
Ia menjelaskan, perundingan ulang dilakukan terhadap kontrak-kontrak Airbus dengan merestrukturisasi biaya armada (fleet cost) meliputi pengadaan pesawat, perawatan pesawat, termasuk tentang mesin pesawat terbang Rolls-Royce serta asuransi pembelian pesawat.
"Dua tahun terakhir Garuda fokus bagaimana biaya armada itu benar-benar kompetitif dan efisien. Garuda harus lebih kompetitif lagi," tegasnya.
Kontrak-kontrak yang dimaksud dia, termasuk pengadaan pesawat periode 2004-2014 ketika perusahaan penerbangan itu masih dipimpin Satar.
Hasil negosiasi kontrak itu menghasilkan efisiensi biaya cukup signifikan total biaya dari perusahaan. "Fleet plan, sudah didisain 10 tahunan. Jadi sampai sekarang ini kami lebih fokus bagaimana tiga komponen biaya, yaitu biaya leasing, biaya asuransi, dan perawatan semuanya direnegosiasi," tuturnya.
"Sesuai arahan ibu Menteri BUMN bagaimana Garuda dalam operasionalnya memiliki integritas tinggi dan GCG yang harus berjalan baik. Ini yang menjadi landasan kita dalam menjalankan perusahaan," ujarnya.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017