Sleman (ANTARA News) - Tas berbahan kulit ular piton yang dikombinasikan dengan motif batik khas Yogyakarta produksi perajin Richard Lumowa warga Godean Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta banya diminati pasar dalam dan luar negeri.
"Tas kulit ular maupun reptil lainnya yang diberi sentuhan warna-warni batik khas Yogyakarta ini, selain banyak diminati pasar dalam negeri juga pasar internasional seperti Jepang, Italia, Korea dan Turki," kata Richard Lumowa, Senin.
Menurut dia, industri batik di tanah air saat ini terus berkembang, selain motif juga medianya juga semakin beragam.
"Melihat perkembangan tersebut maka saya mencoba untuk mengkreasikan kombinasi antara media kulit dengan motif batik khas Yogyakarta," katanya.
Ia mengatakan, kombinasi media kulit dan batik tersebut diwujudkan dalam beberapa produk kerajinan seperti tas, gantungan kunci, dompet dan lainnya.
"Perpaduan ini saya maksudkan untuk menambah nilai artistiknya, selain itu yang utama adalah untuk mendongkrak nilai jual dari produk kerajinan," kata pemilik Galeri Danielle Art ini.
Richar mengatakan, berbeda dengan produk batik pada umumnya, selain medianya yang menggunakan kulit ular phyton atau sanca dan reptil lainnya, cara membatiknya dilakukan dengan cara dilukis menggunakan cat dan kuas.
"Motif batik yang diaplikasikan yakni motif khas Yogyakarta Batik Parang yang dikombinasikan dengan lukisan bermotif akar dan daun," katanya.
Ia mengatakan, setelah melukis motif batik dalam lembaran kulit ular, selanjutnya didesain dalam bentuk tas, dompet maupun sepatu.
"Sedangkan untuk model tas, dompet dan lainnya didesain sesuai dengan model terkini untuk memenuhi segmen pasar menengah ke atas," katanya.
Selama ini, kata dia, produk tas kulit batik yang paling banyak diminati pasar, terutama pasar luar negeri. Dalam satu bulan produksi tas kulit ini lebih dari 20 produk berbagai jenis dan model dengan harga mulai dari Rp500 ribu hingga Rp2 juta per buah.
"Omzet rata-rata per bulan antara Rp20 juta hingga Rp25 juta. Jika musim liburan tiba bisa lebih dari itu," katanya.
Pewarta: Victorianus SP
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017