Jakarta (ANTARA News) - Partai Golkar yang mengaku tidak mengajukan nama terkait rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan perombakan kabinet (reshuffle) awal Mei, hanyalah bahasa simbol."Itu bahasa simbol. Secara politik `you` tahu. `You` harus menghitungnya," kata Direktur Sugeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit di sela-sela acara Forum Pergerakan Nusantara di Jakarta, Minggu.Sukardi mengatakan, meskipun Partai Golkar tidak mengajukan sejumlah nama untuk mengisi posisi di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) bukan berarti Presiden SBY tidak memperhitungkan partai tersebut."Justru partai yang minta-minta itu partai yang lemah. Partai yang memiliki `barganing position, tak perlu minta," ujarnya. Menurut Sukardi, dalam reshuffle mendatag sebaiknya Presiden harus didukung oleh tim kuat yakni oleh "suporternya" partai Golkar dan Partai Demokrat. "Jika mau aman, Presiden harus memperhatikan Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sedangkan partai yang lainnya tidak perlu," katanya. Sukardi dengan komposisi tiga partai tersebut ditambah orang-orang profesional dalam tubuh Kabinet Indonesia Bersatu maka cukup untuk menyokong pemerintahan. "Kalau pemerintah lemah bukan hanya pada sisi leadership, tapi juga dalam kabinet, maka untuk mengisi kelemahan tersebut, maka dibutuhkan kabinet yang loyal," katanya. Sebelumnnya, Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil pengumuman Presiden tentang reshuffle. "Diumumkan saja belum. Jadi untuk apa menyiapkan?" kata Kalla. Ia mengatakan, Golkar memang memiliki kader yang banyak tetap pihaknya belum menetapkan siapa dari sekian banyak kader itu yang ditunjuk untuk menggantikan sejumlah menteri yang akan di-reshuffle. "Golkar menunggu saja," kata Jusuf Kalla. Menurut rencana, Presiden Yudhoyono akan mengumumkan perombakan kabinet pada awal Mei mendatang. Pada Rapat Pimpinan (Rapim) Partai Golkar, di Solo, Jawa Tengah, dua pekan silam, Wakil Ketua Umum Agung Laksono mengatakan, partai berlambang pohon beringin itu telah menyiapkan sejumlah kader untuk menduduki kursi menteri jika Presiden Yudhoyono melakukan reshuffle kabinet.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007