Sejumlah pakar, dikutip dari laman NY Times, menyatakan desain baterai tersebut juga menjadi faktor pemicu insisen ponsel tersebut terbakar di beberapa negara.
Samsung membuat pembatas antara dua elektroda dalam baterai Note 7 terlalu tipis, berpotensi memercikkan api jika rusak. (Baca juga: Ini sebab baterai Samsung Galaxy Note 7 picu ledakan)
Komponen penting tersebut dapat terbakar, bergantung pada ketebalan dan juga tekanan dari luar.
"Manajemen mendorong insinyur mereka membuat separator baterai sangat tipis," kata Qichao Hu, pendiri start-up baterai SolidEnergy Systems.
Kesalahan rancangan tersebut juga ditemukan oleh UL, perusahaan keamanan sains yang diminta Samsung untuk menganalisis masalah.
Menurut UL, kepadatan energi yang tinggi dari desain baterai menjadikan masalah semakin berat ketika ada kerusakan.
Selain salah desain, Samsung dan peneliti yang dilibatkan menyatakan masalah pembuatan juga menjadi pemicu langsung. (Baca juga: Samsung ungkap penyebab Note 7 meledak)
Misalnya, api muncul karena ada bagian yang terjepit tempat menaruh baterai.
Baterai yang berasal dari pemasok kedua pun masih bermasalah, antara lain tidak ada pita pelindung.
Ahli dalam bidang pemasaran menyoroti cara perusahaan mengatasi insiden tersebut, menunjukkan ada masalah dalam manajemen.
"Cara mereka tidak bagus dalam mengendalikan penarikan pertama, menunjukkan mereka punya kendala menghadapi masalah sampai akhirnya menjadi besar dan mereka tidak punya pilihan selain menghadapinya," kata Willy C. Shih, profesor di Harvard Business School.
Saat banyak laporan Note 7 terbakar, Samsung menyalahkan kesalahan baterai dari salah satu pemasok mereka, Samsung SDI.
Awal September 2016, mereka menarik 2,5 juta perangkat Galaxy Note 7 skala global. Mereka lalu memasarkan Note 7 dengan baterai dari pemasok lain, ATL, namun masih terbakar juga.
(Baca juga: Baterai Note 7 bermasalah, Samsung tunda luncurkan ponsel baru)
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017