Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Pemuda Indonesia (PPI) yang juga Ketua Umum DPP KNPI, Hasanudin Yusuf menyesalkan pernyataan salah seorang ketua parpol bahwa pada tidak ada tempat kaum muda pada Pilpres 2009, sehingga dinilai telah terjadi dikotomi kaum Tua dan Muda.
Hasanudin Yusuf menjawab pers di Jakarta, Minggu, mengomentari tentang pernyataan Ketua DPP Partai Golkar (PG) Burhanuddin Napitupulu bahwa tak ada tempat bagi kaum muda di pemilihan presiden (pilpres) 2009.
"Kaum Tua terkesan tetap berada di barisan depan meninggalkan kaum Muda. Orang Muda dididik untuk patuh dan taat pada orang tua adalah durhaka sebutannya bila seorang anak melawan orang tua, namun dengan statemen seperti itu berarti orang tua meninggalkan anaknya," ujar Hasanudin.
Dia mengingatkan bahwa sejarah bangsa Indonesia telah lima kali mencatat tinta emas tentang peran kaum muda membentuk bangsa yang bernama Indonesia, yakni 1908 (Budi Utomo), 1928 (Sumpah Pemuda), 1945 (Hari Kemerdekaan RI), 1966 yg melahirkan Orde Baru dan 1998 yg melahirkan Orde Reformasi.
"Kaum tua nampak tak ikhlas untuk melakukan proses regenerasi kepemimpinan pada kaum mudanya. Patut disayangkan jika menafikan keberadaan 90 juta pemuda di Indonesia yang 70 persennya adalah pemilih pemula," kata Hasanudin.
Dia menyatakan bahwa sejarah bangsa Indonesia akan mencatat bahwa kaum Tua sedang atau telah melakukan proses pemandegan generasi bagi kaum Muda-nya.
"Bila itu yg sedang terjadi pilihan generasi muda hanya ada dua yaitu 'diam tertindas atau bangkit melawan'," tegsnya sambil menambahkan bahwa "perlawanan" yang dilakukan dalam bentuk perjuangan politik pada Pemilu 2009 mendatang
"Tidak salah akhirnya kalau kesadaran kaum muda saat ini pada akhirnya kaum muda hanya dijadikan alat kepentingan politik kaum tua atas nama senioritas dan itu terjadi dalam kehidupan politik Indonesia baik di jajaran legislatif, eksekutif maupun internal parpol," katanya.
Sementara itu, juru bicara Kaukus Muda Partai Golkar Kamarusamad menyesalkan pernyataan Burhanuddin Napitupulu yang menilainya statemen itu telah 'melukai' semangat reformasi.
Masih kata Samad, melarang kaum muda tampil di pilpres 2009 adalah bentuk penghancuran dari dalam secara sistematis terhadap Partai Golkar, yang dikhawatirkan pemilih kaum muda dapat meninggalkan partai berlambang pohon beringin itu pada Pemilu 2009.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007