Dalam waktu 30 menit dari pelantikan, mereka telah menghapus hak-hak LGBT dari laman Gedung Putih."
London/Wina (ANTARA News) - Ribuan perempuan turun ke jalan di berbagai kota negara-negara Eropa, bergabung dengan "saudara-saudara" mereka di Asia yang melancarkan aksi menentang presiden baru Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dengan mengibar-ngibarkan spanduk bertuliskan "Hubungan khusus, katakan tidak" dan "Perempuan kotor bersatu", para pengunjuk rasa berkumpul di luar Kedutaan Besar AS di Lapangan Grosvenor di London, Inggris, sebelum mengarah ke Lapangan Trafalgar untuk mengikuti demonstrasi.
Di seluruh dunia ada 670 protes yang direncanakan digelar, demikian pengumuman laman para penyelenggara unjuk rasa itu. Mereka memperkirakan lebih dari dua juta orang akan berunjuk rasa menentang Trump.
Trump dilantik sebagai Presiden ke-45 AS pada Jumat.
Banyak pesohor, termasuk aktivis Bianca Jagger, penyanyi Charlotte Church dan aktor Ian McKellen menyatakan dukungan mereka terhadap protes di media sosial.
Di Eropa, aksi unjuk rasa juga berlangsung di Berlin, Paris, Roma, Wina, Jenewa dan Amsterdam.
Demonstran yang turun ke jalan di Wina berjumlah 2.000 orang, demikian perkiraan yang dikeluarkan kepolisian dan para penyelenggara. Namun, mereka jumlahnya berkurang secara cepat lantaran suhu di bawah nol derajat Celcius.
Di Afrika juga ada ratusan orang menggelar unjuk rasa di hutan kota Nairobi, Karura Forest. Mereka melambai-lambaikan poster dan menyanyikan lagu-lagu memprotes Trump maupun AS.
Salah seorang peserta demonstrasi, Emily McCartney (28 tahun), mengatakan ia merasa Presiden AS yang baru tidak menghormati hak-hak perempuan dan kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).
"Dalam waktu 30 menit dari pelantikan, mereka telah menghapus hak-hak LGBT dari laman Gedung Putih," katanya kepada Reuters.
Banyak pengunjuk rasa juga merasa marah atas komentar-komentar yang dilancarkan Trump terkait imigran dan Muslim, juga ketidaktertarikan pengusaha properti New York itu terhadap masalah lingkungan hidup.
Di Sydney, kota terbesar Australia, sekitar 3.000 perempuan dan laki-laki melancarkan protes di Hyde Park sebelum berjalan menuju konsulat AS di pusat kota. Menurut para penyelenggara, sbanyak 5.000 orang juga mengikuti demonstrasi di Melbourne.
Di Selandia Baru, aksi unjuk rasa berlangsung di empat kota dan diikuti sekitar 2.000 orang, kata petugas penyelenggara bernama Bette Flagler kepada Reuters.
Di kota-kota Asia lainnya, demonstrasi antara lain digelar di Tokyo. Aksi di Tokyo itu diikuti ratusan orang, termasuk banyak pekerja asal AS.
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017