Ini merupakan hak setiap bangsa untuk mendahulukan kepentingan nasionalnya."
Jakarta (ANTARA News) - Donald John Trump meraih kemenangan dalam pemilihan umum pada Rabu, 9 November 2016, sehingga terpilih sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS). Itu sebuah kemenangan menakjubkan bagi seorang pengusaha selebriti dan politisi pemula seperti Trump.
Kandidat Partai Republik itu mendobrak dinding Partai Demokrat, yang menempatkan Presiden Barrack Obama memimpin AS selama dua periode. Trump meraih suara mayoritas menentukan di Pennsylvania dan Wisconsin, yang merupakan negara-negara bagian yang tidak memilih kandidat presiden Partai Republik sejak 1980an.
Trump memerlukan kemenangan di hampir semua negara yang diperebutkan, dan dia berhasil melakukannya, mengklaim suara mayoritas di Florida, Ohio, North Carolina dan beberapa negara bagian AS lainnya.
Setelah berhasil menang dalam pemilihan presiden AS yang berlangsung lama dan sengit melawan mantan Ibu Negara Hillary Clinton, maka Trump merengkuh kejayaannya tidak hanya dipenuhi dengan dukungan dan sorakan kegembiraan, namun juga diwarnai dengan aksi protes dari berbagai kalangan.
Bahkan, pelantikan Trump sebagai presiden baru AS pun diwarnai oleh gelombang aksi unjuk rasa di dalam negeri dan luar negeri.
Kalangan aktivis liberal penentang Donald Trump pada Jumat (20/1) di Washington bentrok dengan polisi setelah mereka berupaya menghadang para pendukung Trump, yang akan menghadiri upacara pengukuhan tokoh Partai Republik itu sebagai Presiden AS.
Lebih dari 90 orang ditahan oleh polisi dalam aksi protes anti-Trump di Washington D.C.
Unjuk rasa anti-Trump juga muncul di Jepang. Ratusan orang, sebagian besar pekerja asal AS, pada Jumat melancarkan unjuk rasa di ibu kota negara Jepang, Tokyo, untuk menentang Donald Trump, beberapa jam sebelum ia dilantik di Washington DC.
Walaupun demikian, Trump menjalani proses pemindahan kekuasaan pemerintahan AS dari Presiden Barack Obama secara damai dan lancar.
Donald Trump secara resmi dilantik sebagai Presiden ke-45 AS di Capitol Hill, yakni gedung dewan perwakilan rakyat AS di Washington D.C. Proses pelantikan tersebut dilakukan oleh Ketua Mahkamah Agung AS John Glover Roberts Jr.
Sebelum Trump dilantik, Mike Pence dilantik terlebih dahulu menjadi Wakil Presiden AS.
Selanjutnya, Donald John Trump dilantik dengan tangan diletakkan di atas kitab suci Injil yang biasa digunakan keluarganya, dan dengan satu lainnya yang digunakan dalam pelantikan Presiden ke-16 Abraham Lincoln. Trump mengucapkan sumpah di hadapan John Roberts dan di depan warga Amerika.
Setelah menjalani upacara pengambilan sumpah, yang berlangsung di Gedung Capitol, sosok yang tidak memiliki pengalaman pemerintahan ataupun militer itu resmi menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.
Acara pelantikan tersebut dihadiri oleh keluarga Trump dan beberapa mantan Presiden AS, salah satunya mantan Presiden AS Bill Clinton yang bersama dengan istrinya Hillary Clinton. Inilah tradisi Amerika yang masih terus berlanjut dalam proses pelantikan Presiden AS.
Setelah resmi dikukuhkan, Donald Trump menyampaikan pidato pertamanya sebagai Presiden ke-45 AS sambil diiringi hujan ringan.
Dalam pidatonya, Trump mengucapkan terimakasih dan menyampaikan penghargaan kepada Barack Obama yang dinilai telah berhasil melakukan proses pemindahan kekuasaan secara lancar dan damai di tengah berbagai aksi protes terkait hasil pilpres.
Presiden Trump juga menekankan bahwa upacara pelantikannya bukan hanya tentang pemindahan kekuasaan dari satu pemerintahan ke pemerintahan lainnya atau pun dari satu partai ke partai lainnya, melainkan pemindahan kekuasaan kembali kepada rakyat Amerika.
"Momen ini milik Anda. Momen ini milik setiap kita yang berkumpul di sini dan seluruh warga Amerika yang menyaksikan acara ini. Dan, Amerika Serikat ini adalah negara Anda. Hal yang paling penting bukan lah partai apa yang memegang pemerintahan, tetapi apakah rakyat memegang kekuasaan untuk mengendalikan pemerintah," ujar Trump.
Dalam pidato pelantikannya, Presiden Donald Trump juga menyampaikan tekad untuk mendahulukan kepentingan nasional Amerika Serikat. Dia menekankan kebijakan yang bersifat protektif pada masa pemerintahannya.
"Kebijakan-kebijakan baru akan disampaikan di setiap kota dan negara bagian. Mulai hari ini dan seterusnya, visi yang baru akan berlaku di negara kita, yaitu menempatkan Amerika sebagai yang pertama (America First)," ujar Trump.
Presiden Trump menegaskan akan menjalankan kebijakan itu baik di dalam maupun luar negeri.
"Kita akan tetap menjalin hubungan yang bersahabat dan beritikad baik dengan berbagai negara dengan tetap mendahulukan kepentingan Amerika. Ini merupakan hak setiap bangsa untuk mendahulukan kepentingan nasionalnya," kata dia.
Trump juga menekankan bahwa pemerintahan baru Amerika Serikat di bawah kepemimpinannya akan menerapkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang mendahulukan kepentingan nasional dan kepentingan warga negara AS.
Dia mengatakan bahwa kebijakan ekonomi AS yang baru akan mengikuti dua aturan utama, yaitu membeli produk-produk dalam negeri AS (buy American) dan mempekerjakan warga Amerika (hire American).
"Kita akan membuat warga Amerika kembali bekerja dan membangun negara ini dengan tangan warga Amerika. Beli produk Amerika dan pekerjakan orang Amerika," kata Trump.
Ia menimpali, "Perlindungan akan kembali di negara ini. Amerika akan mulai berjaya lagi, berjaya lebih lagi dari sebelumnya. Kita akan membawa kembali lapangan kerja (ke dalam negeri) dan kita akan membawa kembali impian-impian kita."
Presiden Trump dalam pidatonya juga sempat mengkritik para politisi yang dinilai cenderung lebih banyak berbicara daripada bertindak, sehingga kini di masa pemerintahannya adalah saatnya untuk beraksi.
"Para politisi hidup makmur, tetapi kemenangan mereka belum menjadi kemenangan Anda. Masih banyak keluarga yang bersusah-payah di seluruh negeri kita," ujarnya.
Ia menegaskan pula, "Waktu untuk omong kosong sudah selesai, sekarang saatnya untuk beraksi. Jangan biarkan siapa pun untuk berkata bahwa kita tidak bisa melakukannya. Kita tidak akan gagal. Negara kita akan maju dan bangkit lagi."
Dalam pidato pelantikannya itu, Trump juga kembali menyebutkan slogan "Make America Great Again" (Menjadikan Amerika Hebat Kembali) yang selama ini dia pakai dalam kampanye pemilihan presiden.
"Untuk semua warga Amerika di berbagai kota, kalian tidak akan pernah diabaikan lagi. Suara kalian didengar dan impian kalian akan menentukan tujuan bersama Amerika. Kita akan menjadikan Amerika kuat lagi, Amerika makmur lagi, Amerika aman lagi, dan ya bersama kita akan menjadikan Amerika hebat kembali," demikian Donald Trump.
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017