Ankara (ANTARA News) - Pasukan bersenjata Turki, dalam pernyataan yang luar biasa keras, mengatakan kemarin bahwa mereka siap untuk melindungi sistim sekuler dan menuduh pemerintah yang berakar-Islam gagal mencegah kegiatan anti-sekuler yang meningkat di negara itu.
Pernyataan itu, yang disiarkan di situs Internet Staf Jenderal tak lama sebelum tengah malam dan beberapa jam setelah pemilihan presiden dimulai di parlemen, mendaftar beberapa aktivitas keagamaan belakangan ini yang ditujukan khususnya pada wanita dan anak-anak serta diadakan di tempat sekuler yang sah seperti sekolah umum.
"Masalahnya bahkan lebih serius karena sebagian besar dari kegiatan itu diadakan dengan persetujuan dan dalam pengetahuan pihak berwenang administratif yang diperkirakan akan mencegah kegiatan itu," katanya.
Pernyataan itu memperingatkan bahaya melakukan "upaya untuk memuati retorika politik atau ideologi pada keyakinan suci", dan mengatakan hal itu "membuat keyakinan menghilang dan mengubah mereka menjadi sesuatu yang lain."
Pembunuhan tiga misionaris Kristen pekan lalu di kota Malatya di Turki timur merupakan "satu contoh serangan atas hal ini (sekularisme)", kata militer.
Militer mengatakan kegiatan anti-sekuler telah dicatat sebagai "pelanggaran nyata prinsip cinta (presiden pada masa depan) kepada rezim republik ini tidak dalam kata-kata tapi pada pokoknya...telah disampaikan oleh Kepala Staf Jenderal", kata Jenderal Yasar Buyukanit dalam satu konferensi pers yang dibublikasikan secara luas 12 April.
Sebelumnya, parlemen telah mengadakan putaran pertama, yang tidak meyakinkan, pemilihan presiden, yang mana Menlu Abdullah Gul merupakan calon satu-satunya yang disampaikan oleh Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa.
Oposisi utamanya, Partai Rakyat Republiken yang sekuler, yang bersikeras bahwa jabatan presiden tidak dapat diberikan pada AKP, gerakan konservatif dengan pangkal politik di sebuah partai Islam yang sekarang dilarang, telah mengajukan permohonan pada Pengadilan Konstitusi untuk membatalkan pemilihan berdasarkan alasan teknis.
"Masalah yang belum lama ini tiba di garis terdepan proses pemilihan presiden berpusat pada masalah mempertanyakan sekularisme. Pasukan bersenjata Turki mengawasi situasi itu dengan prihatin," kata pernyataan tersebut.
"Tak akan terlupakan bahwa pasukan bersenjata Turki merupakan satu pihak pada pembicaraan itu dan pembela setia sekularisme," katanya dikutip AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007