"Kasus penularan ke manusia sangat jarang terjadi. Namun, kami tetap meminta puskesmas untuk meningkatkan kewaspadaan setelah muncul kasus di Kabupaten Kulon Progo," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Fita Yulia Kisworini di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, petugas di tiap puskesmas diminta mewaspadai pasien yang mengalami sejumlah gejala seperti demam, peradangan, mual hingga muntah, khususnya terhadap pasien yang diketahui memiliki riwayat melakukan kontak langsung dengan hewan ternak atau produk dagingnya.
Fita menyebut, penyakit antraks yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis tersebut bisa menyerang sejumlah bagian tubuh seperti kulit hingga selaput otak.
"Gejala yang dialami tentu berbeda antara antraks yang menyerang kulit dengan yang menyerang selaput otak. Semuanya perlu diwaspadai," katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Dinas Pertanian Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto mengatakan, tetap melakukan koordinasi dengan Pemerintah DIY terkait kewaspadaan penularan antraks.
"Kasus di Kulon Progo menjadi kewaspadaan bersama, tetapi juga harus dipastikan apakah kasus tersebut benar disebabkan oleh antraks," katanya.
Gejala penyakit antraks pada hewan biasanya diawali dengan suhu tubuh tinggi, hewan kehilangan nafsu makan, pembengkakan di sekitar leher dan hidung . Khusus untuk sapi perah dapat mengarah pada terhentinya produksi susu.
Sementara itu, Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM R. Ludhang Pradipta Rizki mengatakan penegakan diagnosis secara dini sangat penting untuk penanganan penyakit tersebut.
"Pasien sudah seharusnya dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan sejak awal dan jika diperlukan, ditempatkan di ruang isolasi guna mencegah penyebaran infeksi," katanya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan antraks kepada manusia di antaranya dengan menghindari kontak langsung dengan bahan atau makanan yang berasal dari hewan yang dicurigai terkena antraks, menjaga kebersihan lingkungan, segera mengobati luka yang terbuka dan memusnahkan bangkai hewan yang mati karena antraks.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017