Jakarta (ANTARA News) - Sejak dikenalkan pertama kali 30 tahun lalu melalui "Luxo Jr," Pixar Studio telah menghadirkan perspektif kehidupan yang melampaui batas imajinasi, seperti mainan, serangga, monster, ikan, mobil, tikus, robot, bahkan manusia itu sendiri dipersonifikasi layaknya manusia.
Dalam film terbarunya yang disutradarai oleh Lee Unkrich, “Coco”, Pixar akan fokus pada sesuatu yang benar-benar baru; skeleton (kerangka atau tulang manusia). Film tersebut akan dirilis di Indonesia pada bulan November 2017.
Berlatar di Mexico, film tersebut menceritakan kisah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Miguel yang hidup di dalam keluarga yang membenci musik. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi Miguel yang sebenarnya ingin sekali menjadi seorang musisi handal layaknya Ernesto de la Cruz.
Miguel mengalami serangkaian kejadian mistis dan ajaib yang mengarahkannya kepada sebuah daerah yang dipenuhi dengan skeleton atau dikenal dengan sebutan Land of the Death.
Unkrich sendiri sudah sejak lama tertarik dengan perayaan Día de los Muertos atau hari orang mati.
Dalam keterangan tertulisnya yang diterima ANTARA News, Jumat, dia mengaku sangat tertarik dengan berbagai ikonografi dan kebudayaan masyarakat yang mewarnai perayaan tersebut, dimana mereka yang masih hidup dan telah tiada dapat kembali bersatu.
"Momen tersebut merupakan sebuah perayaan yang indah," kata sang sutradara yang sebelumnya juga terlibat dalam deretan film animasi unggulan Pixar seperti "Monsters Inc.," "Finding Nemo" dan "Toy Story 3".
"Adanya perayaan ini menjadikan momen saat kalian memikirkan orang-orang terkasih yang telah tiada menjadi sesuatu yang begitu menyentuh namun tetap punya sisi menyenangkan," sambung dia.
Unkrich mulai merencanakan pembuatan film "Coco" lima tahun lalu. Sejak awal, Unkrich banyak melibatkan anggota dari komunitas Latin untuk membantu proses pembuatan film.
Walaupun bukan sepenuhnya film musikal, akan ada banyak lagu dalam film "Coco", dan hampir semua karakternya adalah pemusik. Soundtrack film tersebut akan menggabungkan musik asli dengan standar musik Meksiko.
"Ketika orang berpikir tentang musik Meksiko, kebanyakan dari mereka langsung mengarah pada mariachi. Mariachi memang salah satu bagian dari itu," ujar Unkrich.
"Akan tetapi masih ada cakupan musik yang lebih luas lagi, dan kami ingin merangkul semua itu," tambah dia.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017