Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta, Kamis sore, bergerak melemah sebesar 16 poin menjadi Rp13.363, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.347 per dolar Amerika Serikat.

"Dolar Amerika Serikat mendapatkan momentum penguatan terhadap mata uang utama dunia menyusul Ketua The Fed, Janet Yellen, yang menyarankan kenaikan suku bunga AS dapat lebih cepat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan, munculnya ekspektasi data-data ekonomi Amerika Serikat yang akan dirilis lebih baik turut menopang mata uang Amerika Serkat itu.

Kendati demikian, lanjut dia, penguatan dolar AS relatif masih terbatas menyusul sebagian pelaku pasar masih menunggu kepastian kebijakan pemerintah Amerika Serikat menyusul akan dilantiknya Presiden AS terpilih Donald Trump pada 20 Januari 2017 waktu setempat.

Di sisi lain, lanjut dia, pergerakan harga minyak mentah dunia yang masih berada dalam tren penguatan membatasi permintaan dolar AS. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 1,10 persen menjadi 51,64 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 1,11 persen menjadi 54,52 dolar AS per barel.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa pelaku pasar uang cenderung menahan transaksinya menyusul penantian hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang sedianya akan dirilis pada hari ini (19/1) mengenai suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate).

"Hasil RDG BI itu penting ditunggu di tengah situasi global serta prospek inflasi domestik ke depannya," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.376 dibandingkan Rabu (18/1) Rp13.328.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017