Makassar (ANTARA News) - Mantan Menteri Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Tanri Abeng, menilai efektivitas manajemen bangsa Indonesia masih rendah dan jauh dari yang dibutuhkan untuk bisa masuk dalam jajaran negara yang dianggap maju. Pada perspestif daya saing sebagai ukuran relatif kemajuan bangsa-bangsa di dunia, katanya di kampus Unhas Makassar, Sabtu, peringkat Indonesia terus merosot dari posisi 37 pada tahun 1999 menjadi peringkat 72 tahun 2003, bahkan kecenderungan ini nampaknya masih akan berkelanjutan. Dalam Seminar Leadership Manajemen di Baruga AP. Pettarani Universitas Hasanuddin (Unhas), ia menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada negara yang miskin dan terkebelakang, yang ada adalah negara yang tidak terkelola manajemennya dengan baik. "Hanya dengan manajemen yang terkelola dengan baik bisa memberi nilai tambah bagi pembangunan di negeri ini," katanya dan menambahkan, masyarakat Indonesia bukanlah manusia yang tidak mempunyai daya kreasi dan karya-karya prestatif. Sekarang, kata Tanri Abeng, Yayasan Indonesia Forum meluncurkan visi Indonesia 2030 yakni bangsa ini akan menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita sebesar 18.000 Dolar AS/tahun atau Rp162 juta per tahun, sekaligus masuk dalam lima besar kekuatan ekonomi dunia dengan PDB (pendapatan domestik bruto) satu triliun dolar AS serta sedikitnya 30 perusahan Indonesia masuk dalam daftar `Fortune 500 Companic`. Tetapi, apakah sasaran yang dibidik ini realistis serta dapat dicapai ataukah hanya mimpi yang akhirnya justeru melahirkan kekecewaan. "Ini akan dapat diwujudkan bilamana kita semua beranjak dari sudut pandang yang optimis akan kemampuan bangsa memanajemeni sumber-sumber daya alam dan manusianya secara efektif," ungkapnya dan menambahkan, harapan ini akan menjadi kenyataan sekaligus kebahagiaan dan kebanggaan bagi seluruh rakyat jika manajemen mendapat perhatian dari semua pihak. "Di sinilah masalahnya efektifitas manajemen bangsa Indonesia karena masih jauh dari tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam negara-negara maju", tambahnya. Seperti, kata Tanri yang juga pendiri `Profesi Manajemen Tanri Abeng dan Associates`, bangsa ini sebenarnya memiliki selain sumberdaya alam yang kaya juga manusianya berpotensi untuk menjadi `champion` di segala bidang. Ia menilai bahwa hanya manajemen yang baiklah yang dapat menciptakan nilai tambah sekaligus kemakmuran bagi sebuah negara. Untuk menjadi bangsa pemenang dalam era globalisasi, menurut mantan menejer bergaji Rp1 miliar itu mengatakan, menejemen seharusnya mendapatkan perhatian sekaligus pemahaman dari seluruh komponen bangsa baik elit politik, birokrat, usahawan, LSM maupun komponen masyarakat lainnya. Oleh karena, menurut dia, kekayaan bangsa ini berupa SDA, manusia, kemerdekaan dan "social capital" lainnya haruslah menerapkan konsep "Indonesia Incorporated". Ia mengharapkan, semua komponen bangsa harus bersatu dalam prefektif pemberdayaan dan pengembangan seluruh kekayaan yang dimiliki agar tercipta proses produksi dan distribusi sumber-sumber daya ekonomi secara efektif. "Sebagai negara keempat terbesar di dunia, sangat tidak logis jika para elit politik dan pemimpin bangsa tidak mampu mengangkat kehidupan rakyatnya sehinga dalam prefektif ekonomi global ini haruslah dapat meningkatkan daya saing internasionalnya," katanya. Seminar leadership manajemen yang dilaksanakan Universitas Hasanuddin bekerjasama Profesi Manajemen Tanri Abeng Associates dihadiri PR I Unhas, Prof. Dr. Dadang HS, serta sekitar 500 mahasiswa fakultas ekonomi dari berbagai perguruan tinggi di daerah ini. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007