"Seiring dengan penerbitan PP No. 1 tahun 2017 tersebut, Antam menegaskan komitmen Perusahaan atas hilirisasi mineral," papar Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan bahwa pihaknya juga menyambut regulasi tersebut yang memperbolehkan potensi bijih tertambang kadar rendah yang belum dapat termanfaatkan atau diolah dalam negeri, untuk dapat dijual di pasar ekspor.
"Antam sudah melakukan hilirisasi mineral sejak tahun 1974 melalui pengoperasian pabrik feronikel FeNi I. Saat ini, Antam sudah memiliki beragam fasilitas pengolahan mineral baik nikel, emas, perak maupun bauksit sehingga Antam selalu mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah," katanya.
Dengan adanya ekspansi hilirisasi komoditas yang dimiliki perseroan, lanjut dia, akan terbukanya peluang ekspor potensi bijih tertambang kadar rendah yang belum dapat termanfaatkan atau diolah dalam negeri.
Melalui pemanfaatan potensi itu, Tedy Badrujaman mengatakan bahwa Antam memperoleh tambahan dana untuk percepatan hilirisasi, selain konservasi cadangan.
Antam akan tetap berusaha memasok bijih nikel untuk kebutuhan smelter lain di dalam negeri yang disesuaikan dengan rencana jangka panjang kebutuhan umpan pabrik yang telah dimiliki dan akan dibangun.
"Pemanfaatan potensi tersebut juga akan berdampak pada keberadaan bene8t ekonomis berupa pendapatan, pajak penghasilan, bea keluar, kesempatan kerja yang berkaitan dengan pemanfaatan bijih kadar rendah yang belum dapat dikonsumsi pabrik Antam atau pabrik lain," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017