Saya kagak tahu kalau mau.. jadi.. omongan di TV ya

Jakarta (ANTARA News) - Nurjanah (47) tidak sadar namanya beberapa kali disebut oleh calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, bisa jadi karena nama yang beredar tidak akurat.


Penjual nasi uduk di Bukit Duri itu tidak “ngeh” karena nama yang diperbincangkan netizen adalah Nurhayati.


Ketika tetangga bilang namanya disebut di televisi, Nurjanah tidak percaya.


“‘Kok di situ dibilangnya bu Nurhayati?’ Bukan gue kali, gue kan namanya Nurjanah,” ia menirukan percakapannya dengan tetangga.


Lagipula, Nurjanah memang tidak menonton debat calon gubernur yang ditayangkan langsung di televisi.


Dia memilih menonton acara musik nostalgia kesukaannya di saluran lain.


Screenshot dari chirpstory.com


“Memang ada yang salah ya? Kenapa disebut-sebut?” Nurjanah mengutarakan rasa heran karena mendadak didatangi media.


Sandiaga beberapa kali menyebut pengalamannya bertemu dengan Nur, pedagang nasi uduk di Pasar Sawo, Bukit Duri, Jakarta Selatan yang digusur.


Nurjanah ingat dirinya pernah diwawancarai wartawan setelah diajak berbincang oleh Sandiaga.


“Saya kagak tahu kalau mau.. jadi.. omongan di TV ya,” kata Nurjanah sembari membersihkan cabai di dapur rumahnya.


Nurjanah sedang memasak di kediamannya, Senin (16/1/2017)/ Nanien Yuniar


Ketika berbincang dengan Sandi tahun lalu, Nur punya rencana pindah ke rumah susun Rawa Bebek karena rumahnya di tepi sungai akan diratakan dengan tanah.


Rumah yang digusur tahun lalu itu dihuni oleh lima Kepala Keluarga, Nurjanah bersama saudara-saudaranya. Hanya satu kepala keluarga yang memiliki jatah di rumah susun Rawa Bebek.


Pada akhirnya, rumah di Rawa Bebek didiami oleh saudaranya.


Nurjanah bersama suami dan dua anaknya memilih tetap tinggal di Bukit Duri. Mereka mengontrak rumah dengan sewa Rp12 juta per tahun di Gang Sembilan, sebuah jalan kecil tanpa plang nama di Bukit Duri Tanjakan.


“Di sana susah mau usaha, pembelinya itu-itu saja. Di pasar sini pembeli banyak dari mana-mana,” Nurjanah mengungkapkan alasannya pada ANTARA News, Senin.


Lagipula, putri sulungnya juga bekerja di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat yang tidak jauh dari Bukit Duri. Akan merepotkan bila rumah mereka pindah ke Rawa Bebek, meski diakui rumah susun itu punya fasilitas bagus.


Lapak Nurjanah di Pasar Sawo Bukit Duri/ Nanien Yuniar


Nur masih berjualan di Pasar Sawo Bukit Duri, sebuah area dekat pinggir sungai yang dipenuhi beberapa lapak pedagang, mulai dari penjual sayur mayur, kue basah hingga daging ayam.


Sambil memotong-motong sayuran di dapur, Nurjanah menuturkan ia berjualan nasi uduk karena meneruskan usaha ibunya yang dirintis sejak ia kecil.


“Sayang udah banyak langganan,” kata Nurjanah yang sering membantu ibunya berdagang sejak belia.


Sandiaga pernah menyebut nasi uduk Nur terlaris di Bukit Duri.


“Dulu zaman ibu saya memang nasi uduk terlaris, mungkin karena belum ada pesaing. Sekarang sih enggak terlaris, standar saja,” kata sulung dari tujuh bersaudara ini.




Ia biasa menjual nasi uduk beserta ragam lauk pauk seperti orek tempe, semur jengkol, bihun, telur balado dan berbagai gorengan. Harganya bervariasi tergantung jumlah lauk yang dipilih pembeli.


“Nasi uduk Rp6.000 kalau pakai lauk dua, pakai telur Rp10.000, kalau lengkap semuanya bisa Rp15.000,” ujar dia.


Lontong sayur dan lupis juga tersedia, tapi hidangan tersebut dibuat oleh adiknya, Aisyah, yang tinggal di gang berbeda.


Nurjanah biasa berjualan pukul enam hingga siang menjelang.


“Kan kita dagang untuk sarapan pagi, kalau sudah siang ya masih ada sisa dikit bawa pulang,” katanya, menambahkan akhir pekan adalah hari di mana pembeli paling ramai.

(Baca juga: Sandiaga bersama ustad Solmed kunjungi pasar induk Kramat Jati)

Oleh Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017